watch sexy videos at nza-vids!




20/04/24
[ 1: 1: 474 ]
Best free mobile site builders

tanah wangi
Tanah Wangi - 001 -- Ningtyas Dikemas 22/12/2003 oleh Editor Cerita ini merupakan nukilan dari sebuah proyek penulisan cerita bersambung oleh Ningtyas. Bagian ini merupakan bagian pertama dari cerita tersebut. Selamat membaca. -- Redaksi -------------------------------------------------------------------------------- Sesaput uap air tipis seperti kabut menempel di luar kaca jendela, melunakkan pemandangan. Jakarta agak tidak terlalu panas, sedikit mendung, sehingga terasa empuk dan jinak langitnya, sedikit sejuk di mata. Duapuluh sembilan derajat selsius, demikian diumumkan oleh kopilot. Duduk dekat jendela pada penerbanganku kali ini memang memaksaku untuk kadang melamun dan kadang melempar pandang keluar jendela. Aku sedang tidak bernafsu membaca apapun dalam jam-jam perjalanan pendekku kali ini, ada kebosanan sementara terhadap bacaan-bacaan, serta ada kerinduan pada alam nyata yang tak tertulis, kedua suasana ini membuatku menjelajahkan pandangan dan lamunan sejak di ruang tunggu di keberangkatan, mungkin lima belas menit atau duapuluh menit aku sempat tertidur tapi itu pun di puncak pengembaraan benakku yang terjalin dengan pemandangan awan-awan di luar jendela, selebihnya aku memandangi keluar jendela sambil menaburkan lamunan di atas Laut Cina Selatan, dataran Sumatra dan pantai utara Jawa. Sepuluh menit terakhir perjalananku lebih diisi dengan mencerna masukan masukan visual yang berkelebatan menjejer dengan cepat di jendela kecil, laut jawa, kapal kapal di Tanjung Priok, dataran menjelang bandara Sukarno-Hatta, atap gedung gudang-gudang dan rumah-rumah, dan akhirnya pelataran tarmac, taksi, dan apron bandara, Semua orang menggeliat keluar dari kebekuan bisu tempat duduknya ketika pesawat mendarat, selalu begitu, seperti mayat-mayat bangkit dari matinya, hanya saja mayat mayat ini bersih dan beragam, seperti etalase toko, memperagakan berita berita baru tentang model berpakaian. Beberapa tahun terakhir ini, mungkin sejak 1997-an, tambahan pemandangan baru adalah bahwa para penumpang juga lalu menyalakan telepon selular mereka dan sebagian mulai berceloteh urusan jemput-menjemput. Kalau saja ada anak muda yang kreatif mungkin banyak yang bisa dibuat jadi film dokumenter bagus tentang kegiatan dan perilaku orang orang di pesawat terbang, juga mungkin di kendaraan lain, entah di ferry, atau di angkutan pedesaan, atau di bus malam, tentang orang orang yang duduk berdekatan saling berusaha sopan tapi saling mencoba membisu. Sebuah dinding es yang absurd, sebuah etalase yang aneh. Pada saat pintu pesawat dibuka maka ada perubahan mendadak dalam pergantian suhu udara, desir anginnya, serta bahkan aromanya, dan sebenarnya juga tekanan udara dan bunyi-bunyi yang masuk, ini menciptakan sensasi khusus yang membuat seperti merasa berpindah dunia, walau sesaat, seperti datang atau seperti kembali di tanah lain. Dalam rangkaian kedatangan, peristiwa seperti ini berganti secara cepat beberapa kali, dari mulai sejak pintu pesawat dibuka, lalu kemudian berpindah dari berbagai ruang di bandara, sampai ke pelataran kedatangan, pada pelataran kedatangan suasana bahkan akan berubah karena lalu terlihat kendaraan-kendaraan penjemput dan berbagai pemandangan lain yang menyusun sapaan pertama tentang karakter wilayah yang kita darati. Aku mengikuti semua ini secara rinci dan mengarunginya detik ke detik, mungkin karena kali ini memang perjalanan yang sendirian, bahkan tanpa bahan bacaan. Aku juga tidak berurusan dengan dijemput oleh siapa-siapa, karena memang tidak meminta demikian, sekalipun nomor penerbanganku selalu kuberitahukan kepada beberapa orang yang kukenal. Begitulah ketika aku akhirnya keluar, aku bergerak dengan tanpa tergesa, sempat melihat beberapa orang dijemput atau menunggu jemputan atau menghubungi seseorang untuk minta dijemput. Kedatangan di Jakarta sudah tak pernah kuberi nama lagi, tidak menjadi berbeda pulang atau berangkat, baik dengan kereta api, bus, pesawat terbang, bahkan dengan kapal laut. Aku sudah terlalu sering berlewatan di gerbang kota ini sejak aku pertama kali secara sadar dan ingat penuh mengalami kedatangan ke Jakarta pada saat aku berusia empat tahun beserta ayah ibuku, tak ada yang menjemput kami. Pikiranku menjelajah menjulur-julur ke berbagai titik waktu dalam perjalanan hidupku. Bandara Kemayoran, bandara Halim Perdanakusuma, setasiun Gambir sejak masih di lantai dasar, sampai saat kini di lantai tiga. Pada sebuah kedatangan tanpa penjemputan aku dijemput oleh kilas balik gerbang gerbang antarkota yang pernah menjemput tahap-tahap hidupku. Beberapa menit aku sempat membayangkan apa yang ada di benak orang-orang di emplasemen kedatangan bandara ini, mereka memikirkan atau melamunkan apa ketika menunggu itu. Kemewahan waktu untuk berpikir menjelajah ini ternyata mengasyikkan. Kali ini aku memasuki kembali kota Jakarta, masuk ke gerbang sebuah kota, mengawali sesuatu, dengan dijemput oleh serpih-serpih kenangan yang datang bermunculan karena lamunanku. Kuperhatikan wajah orang di sekitarku, kadang kuamati wajah mereka, kadang aku seperti merasa kenal dengan model wajah yang ini atau yang itu, kadang aku menciptakan karakter imajiner dengan segala cerita di balik wajah tersebut. Kadang aku menangkap wajah ini mirip dengan seorang tertentu yang aku kenal, entah jaman mana, kadang beberapa detik aku bertatapan dengan orang yang aku tatap, dan sekilas seperti hendak kontak, tetapi kemudian kami sama sama mengakhiri dan mengalihkan pandangan, lalu aku berpindah ke wajah lain. Wajah lain lagi yang kadang serasa mirip dengan orang yang aku pernah kenal. Wajah yang terakhir kutangkap memang bukan mirip, tapi memang itu wajah yang aku kenal, dan dia memang mengenal aku! Ya ternyata seseorang telah menjemputku, Waskito. Waskito menjemputku kali ini.

HOME | BACK
Tampilan terbaik pada HP dengan resolusi layar 240x320 & menggunakan opera mini v4.2 , dan di malam hari.
online counter
TOP-RATINGMobPartner Counter
Best Wap Sites

PluzTopwapinfoBestTraffic.mobiBestTop.MobiTOP RANK*tswaplogsTraffic Boost Enginexox
Created by: Safik™
banjarmasin © juli 2010