watch sexy videos at nza-vids!




02/05/24
[ 1: 1: 864 ]
Easy mobile site building

cerpen cahaya
Cahaya Istadiyantha 2008 Orang yang merasa menghambakan diri kepada Allah itu bernama Yuasa. Dia mengarungi jalan hidup yang berliku, menahan haus, lapar, dan menanggung derita, walau demikian terasa pula tiupan angin semilir lembut menyejuk badan, walau kadang-kadang harus menanggung derita dari serangan angin kencang nak badai dan panasnya matahari. Beban pertama yang harus ia selesaikan adalah menyelesaikan studi S-1-nya. Di samping secara moral ia terikat pula oleh keluarganya untuk menjadi teladan bagi adik-adiknya. Berkat bimbingan seorang ulama saleh dan kenamaan, Kiai Mufti namanya, Yuasa mampu mengendalikan diri dari jurang berlumpur perilaku berbahaya di sekitar kostnya Yuasa telah 4 tahun kuliah di Fakultas Psikologi UGM, skripsinya akan selesai kira-kira satu semester lagi. Yuasa sangat mengagumi kualitas beragama Kiai Mufti, yang akhlak, fikih, bahkan kecerdasan spiritualnya menjadikan Yuasa patuh dalam bimbingannya. Kiai Mufti tinggal satu kilo meter sebelah barat Pasar Klewer Sala. Kiai Mufti kecuali menyelenggarakan pengajian rutin seminggu tiga kali , ia juga melayani konsultasi penanganan berbagai masalah kehidupan. Sejak tahun 2008 Yuasa telah menjadi murid terkasih Kiai Mufti, Yuasa sering dibangga-banggakan di depan tamu-tamunya, bahkan Kiai Mufti melarang Yuasa untuk mencari calon isteri secara sendiri, karena dia akan dijodohkan orang dengan seseorang yang dipandang tepat berdampingan dengan Yuasa. Nama-nama gadis yang akan dijodohkan dengan Yuasa selalu berbeda-beda namanya, suatu saat dia diberitahu bahwa akan dijodohkan dengan Lies, tahun berikutnya dengan Luluk, dan terakhir dia diantar ke desa Ngunut Ponorogo untuk dikenalkan dengan Indah. “Nak, Indah ini gadis yang tepat bagimu, dia anak tunggal yang biasa hidup dalam suasana pesantren yang penuh kedamaian”, begitu ucap Kiai Mufti kepada Yuasa. “ …jika nak Yuasa tak mau dijodohkan dengan nak Indah, musibah apa yang nanti kira-kira terjadi aku tak tahu, tolong Nanda pikirkan baik-baik nasihatku ini”. Semalam suntuk Yuasa tak dapat tidur, karena Yuasa menyedari ketajaman batin Kiai, sehingga ketika menyangkalnya maka terjadilah konflik batin yang cukup serius di dalam dirinya. Di suatu malam ia seakan-akan merasa kejadian yang aneh, badannya terasa seakan diputar dengan mesin kencang sekali, dan Yuasa pun tak berlarut-larut mengutak-atik makna dari peristiwa yang terjadi. Esok harinya Yuasa dengan tegas membrikan jawaban kepada Kiai Mufti, bahwa dirinya tak cocok dijodohkan dengan Indah, yang berperawakan kecil dan berkulit kuning. “Nak, namanya seindah orangnya, baik kan? Apalaghi Indah berasal dari Ngunut, menurut bahasa Jawa ‘Ngunut, berarti diingu manut’, Nanda mau cari apalagi, kalau tak percaya sama saya, aku tak tahu peristiwa apa yang akan terjadi? Peristiwa ini bukan sembarangan, saya sudah melakukan ‘tayuh’ atau mencari tahu kepada Allah dengan jalan ritual tertentu tentang firasat gaib yang akan terjadi pada Yuasa”, menurut pertimbangan Kiai Mufti, Indah akan mampu memberikan kontribusi terhadap kehidupan pribadi dan keluarga Yuasa. Kiai Mufti memberikan kesempatan kepada Yuasa untuk berpikir dulu, di pihak lain Kiai Mufti cenderung untuk memaksakan kehendaknya untuk merealisasikan perjodohan itu dengan berupaya memanggil Pak Ujang paman dan sekaligus sebagai orang yang membeayai hidup Yuasa, maklum perkawinan Pak Ujang dengan Bu Inah inihanya dikaruniai seorang anak, itupun telah mati ketika masih bayi. Sehingga Yuasa dianggap oleh Pak Ujang sebagai anak kandung. Yuasa sangat takut terhadap akibat dari ketidak-patuhannya terhadap Kiai Mufti, bagi Yuasa Kiai Mufti dipandangnya sebagai orang yang tahu apa yang terjadi, berkali-kali dia menyaksikan kemahirannya di bidang clayrvoyance, suatu pandangan tembus, sehingga Yuasa sering terkenang dengan kata-kata Kiai Mufti: “Kau nanti akan mendapat sesuatu yang kurang bagus, jika menolak Indah”. Selanjutnya Indah pun ditinggalkan Yuasa, Kiai pun tak tampak ada keke-waannya, Kiai terus memberikan bimbingan batin, Yuasa disuruh melakukan salat malam selama 41 hari dan zikir kurang lebih satu jam, dengan harapan agar Allah memberikan jalan keluar atas kesulitan yang dihadapinya. Pertengahan April 2007, Yuasa dikenalkan oleh Pak Ujang dengan Anita, gadis remaja yang sedang duduk di Sekolah Menengah Umum kelas II, Anita tinggal di Jl. Slamet Riyadi, Mojolegi, Jawa Timur. Kean pertama ketika Yuasa bertemu Anita, “Wajah dan fisik lumayan, perilakunya baik dan ramah, sehingga memenuhi standar, Walaupun baru pertama kali bertemu, Yuasa sudah memastikan bahwa inilah gadis yang cocok baginya. Namun tampaknya Yuasa terbius oleh sugesti Pak Ujang yang selalu mempropagandakan kehebatan orang tua Anita, yaitu Pak Padmo. Meskipun Yuasa sangat cocok dijodohkan dengan Anita, namun proses perjodohan itu dirasa oleh Yuasa berlangsung secara tidak demokratis, Yuasa tak diberi kesempatan untuk mempertimbangkan terlebih dahulu, dia tak diberi kesempatan untuk menerima dan menolak, begitu pula Anita, dia merasa dipaksa orang tuanya, namun demikian masing-masing saling merasakan ada getaran cinta. Menurut Anita, perjodohan ini terlalu dini, dia masih terlalu muda untuk memikirkan soal pernikahan, maunya Anita masih ingin melanjutkan studinya sampai maksimal, tapi apa daya, Pak Ujang sudah keburu segera ingin melangsungkan pesta pernikahan itu, jika bisa setelah Anita lulus SMU. Dalam hal ini Anita dan Yuasa tak ada kesempatan untuk mengeluarkan uneg-unegnya, gejolak hati Yuasa seakan ingin merundingkan soal ini kepadfa Anita secara langsung, tetapi keduanya merasakan ada sekat, sehingga tak ada kesempatan, semuanya diserahkan kepada kehendak orang tuanya. Yuasa rasanya ingin berbicara sendiri dengan Anita, tapi tak ada kesempatan, anita ketika itu masih polos, bagaikan kertas putih bersih yang siap ditulisi apa saja, sayangnya lingkungan keluarganya terdiri dari orang yang sibuk berbisnis, dan tak begitu tekun soal agama, lain halnya dengan Yuasa.Yuasa cukup tekun dalam hal mengkaji agama. Yuasa agak ambisi untuk berkomunikasi secara langsung dengan Anita, tapi tak ada cara yang dapat dilaksanakan, diajak main halma, surat, atau dengan cara lain. Yuasa telah 3 kali kirim surat dengan Anita tetapi tak kunjung ada balasan, Yuasa pernah bermalam 4 kali di rumah Anita, tetapi malam-malam itu sangat mencekam, Yuasa tak dapat tidur, barangkali perasaan yang demikian ini juga dirasakan oleh Anita. Lain halnya dengan Pak Padmo ayah Anita, dia tak tahu bagaimana perasaan yang dialami anak-anaknya, Pak Padmo sangat mudah tidur, saat ngobrol di ruang tamu pun dapat tertidur nyenyak, dia orangnya low profile, sabar, santai, seperti ortang yang tak punya masalah, lain halnya dengan Bu Padmo yang pemarah dan mudah panik. Yuasa dan Anita merasa terbebani dengan setumpuk masalah, mereka tak tahu apa yang harus dikerjakannya, pikiran Anita lebih tak menentu lagi, hatinya diliputi perasaan mau dan tak mau dinikahi Yuasa, diliputi perasaan mampu dan tak mampu menyesuaikan diri dengan Yuasa nantinya. Walaupun mereka berdua sudah Nikah Sirri, namun keduanya belum akrab, bahkan belum pernah melakukan kewajibannya sebagai suami isteri. Anita sebenarnya termasuk gadis yang supel, cerdas, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara cepat, oleh karena itu ia perlu pembinaan dan pengarahaan yang baik agar nantinya tak salah langkah. Anita masih sangat minim pengetahuan agamanya. Kedatangan Yuasa ke Totogan, Mojolegi saat itu sebenarnya sudah sah sebagai suami isteri, karena semenjak 11 Mei 2007 yang lalu Yuasa dan Anita telah menikah secara Sirri dan sekaligus tukar cincin, akad nikah kali ini dilakukan di sebuah rumah keluarga dekat Gor Manahan, Sala. Setelah Nikah Sirri dilangsungkan, Anita dan keluarganya buru-buru pulang ke Jawa Timur. Setelah itu Yuasa telah berpikiran jauh, sedikit ada harapan agar Anita mau bermalam di Sala. Acara Nikah Sirri dilangsungkan secara sederhana tapi hikmat. Kiai Mufti, Ki Menggung dari Kraton Sala, serta Kiai Kandar dari Mojolegi berkenan hadir pada acara sakral itu. Semua yang hadir secara hikmat membacakan Al-Fatihah puluhan kali secara bersama-sama, pembacaan ayat dilakukan selama kira-kira 20 menit ditujukan agar kedua mempelai mendapat berkah dari Allah. Kali ini Anita betul-betul belum siap menerima kenyataan ini, kejadian ini sungguh membingungkan, menakutkan, bahkan menyedihkan. Foto-foto Anita ketika itu tampak muram, tanda tak berkenan menerima kenyataan itu, dan Pak Padmo sering dinasihati oleh Kiai Kandar kalau dia pernah memandang dengan basiroh atau penglihatan batin bahwa Yuasa ini orang istimewa, maka Pak Padmo disarankan oleh Kiai Kandar agar bersabar menerima kenyataan ini. Demikian pula Kiai Mufti, sesekali pernah menyindir kepada Anita dan Bu Padmo dengan kata-kata: “Kencana katon wingka, wingka katon kencana”, artinya ‘Logam mulia disangka pecahan genting, dan pecahan genting dikira logam mulia’. Sindiran Kiai Mufti tadi dimaksudkan agar Anita dan Bu Padmo bersabar menerima kenyataan ini. Dapat dimaklumi kalau Anita bingung, karena peristiwa ini berlangsung begitu cepat, tanpa melalui proses pacaran sebagaimana layaknya anak remaja zaman sekarang, tapi kejadian ini tak dapat disamakan dengan kisah Siti Nurbaya. Sosok Anita dan Yuasa di sini termasuk sosok ideal, hanya prosesnya saja yang sedikit mirip cerita Siti Nurbaya. Ada satu kesalahan yang tampaknya fatal dilakukan oleh Pak Padmo dan Bu Padmo, yaitu ketika habis Nikah Sirri Yuasa tak diberi kesempatan bertukar pikiran dengan Anita secara sendirian, barangkali Pak Padmo takut kalau Yuasa termasuk tipe pemuda yang bernafsu dan terburu-buru sehingga Anita msih belum siap. Mereeka sama sekali tak ada kesempatan untuk berdialog. Keduanya orang lugu dan berpenampilan sederhana, sehingga alat komunikasi modern seperti Hand Phone tak dimilikinya, walaupun sebenarnya orang tua Anita termasuk orang yang berada. Suatu ketika Kiai Mufti mendengar bahwa Yuasa tak diberi kesempatan oleh kelu arga Padmo, dalam arti mereka tak mau membuat skenario untuk memberi kesempatan pada anak dan menantunya untuk akrab. Kiai berkomentar, “ Bu Padmo itu materialistis kok nak, makanya Nak Yuasa tak diberi kesempatan berjabat hati dengan Nak Anita!”. Lama-lama Yuasa menjadi tak bersemangat mengunjungi Anita, lagi pula Yuasa harus menyelesaikan skripsinya yang kira-kira empat bulan lagi selesai. Cukup lama Yuasa tak mengunjungi Anita, sekitar setahun, hal itu disebabkan oleh kekecewaan yang bermacam-macam, bahkan kadang-kadang uang sakunya terbatas, dan cukup diprioritaskan untuk menyelesaikan studinya. Hati kecil Yuasa sadar kalau sebenarnya Anita itu juga mau menerima cintanya, tetapi jangan tidak harus terlalu cepat prosesnya. Bagi Anita kejadian ini berlangsung di luar perkiraannya. Yuasa bertanya-tanya, salah siapakah ini? Salah Pak Ujangkah? Salah Yuasa? Atau salah Anita? Yuasa mengeluh lagi di hadapan Kiai Mufti, “Kiai, apakah mungkin karena Anita masih kecil, sehingga sikapnya harus begitu kepadaku?” , jawab Kiai: “Kiai apa? Dia itu sudah tahu I love you”. Kiai bicara sambil berkelakar. Yuasa kali ini lebih memusatkan perhatiannya untuk menyelesaikan studinya, Kiai Mufti mengarahkan agar Yuasa melakukan riyadhah selama 41 hari dengan mengintensifkan zikir dan solat malam, dengan harapan agar studinya memperoleh kemudahan-kemudahan. Lama Yuasa tak mendatangi rumah Anita. Anita yang pura-pura tak cinta pada Yuasa, di saat-saat sepi mengharap-harap pula didatangi Yuasa ke rumahnya, dengan diliputi pikiran antara mau dan tak mau, cinta dan tak cinta, dengan harapan dan tanpa harapan. Anita sedikit goncang pikirannya. Di saat-saat goncang ini Anita seakan-akan berada di tepi jurang, Anita hampir jatuh ke lembah lumpur yang seram, gadis ABG yang ketika SD dan SLTP sekolah di Santa Maria ini kering pengetahuannya terhadap ajaran Islam, dia buta masalah halal dan haram. Remaja yang masih gemar dolan, jajan, dan jalan-jalan ini hampir terbius oleh kebiasaan alam remaja yang bebas. Kali ini dia kenal dengan pemuda hitam manis kecil tinggi mirip Arab, Zaki Lesmana namanya. Anita tak tahu banyak identitas pemuda ini, yang jelas dia tamatam SMU, sekarang nganggur dan berlibur di rumah neneknya yang sudah sendirian. Anita kenal pemuda ini lewat teman sekelasnya di SMU, Zaki sebenarnya tak terlalu istimewa untuk dicintai oleh Anita, hanya waktu jualah yang menguntungkan kedua sejoli ini dapat bertemu, mereka bertemu di saat-saat kedua sejoli hatinya sedang kosong dan membutuhkan kasih sayang, dan bagi Anita kedatangan Zaki ini sebagai tempat curahan hati, teman ngobrol, mengantarkan kursus menari, dan sesekali sebagai tukang traktir jajan. Pemuda ini juga tal mendalam pengetahuan agamanya, dia gemar makan makanan khas Surabaya, yaitu rujak cingur. Anitapun beberapa kali makan rujak cingur dengan nikmat dan lahapnya.Kelezatan itu melupakan kesetiaan Yuasa yang setia menunggu nun jauh di sana. Anita tak maun memakai cincin kawin atau ring nya, dan Anita seperti diliputi asap tebal tak tahu arah, boleh jadi perilakunya jadi tak tentu arah. Pak Padmo tak senang Anita bergaul dengan Zaki, dan teman-teman Anita pun pada menasihati agar Anita pisah dengan Zaki. Bagi Pak Padmo, Yuasa adalah menantu yang ideal baginya, dia tetap dianggap menantunya yang baik. Setahun hati Pak Padmo dan Bu Padmo terasa hancur, lebih terasa hancur lagi ketika Lebaran Yuasa tak bersillaturrahmi ke rumah Anita, saat itu Yuasa dinanti-nanti kedatangannya oleh keluarga Pak Padmo, tapi tak kunjung datang, dan pula saat itu Yuasa sakit, dan ternyata Yuasa masih setia, Yuasa masih merasa belum perlu mencari pengganti Anita, sebelum secara tegas Anita telah putus hubungan dengannya. Yuasa masih menghormati status perkawinannya, walau baru nikah sirri, tak ada wacana cerai dalam pikiran Yuasa. Anita tak menghiraukan peringatan orang tua, agar tetap memupuk agar hubungannya dengan Yuasa tetap baik. Dan sekaligus memutus hubungannya dengan Zaki, padahal Anita belum begitu jelas tentang identitas dan status Zaki. Anita tipe gadis yang lincah, ramah, dan menarik untuk diganggu dan bahkan kadang-kadang ditipu. Anita juga tak tahu kejelasan tentang hubungannya dengan Zaki, dapat membahagiakan atau tidak? Dia tak lagi menyadari bahwa kedua orang tua Anita sangat berhasrat untuk menyatukan hatinya dengan Yuasa. Dan tampaknya cinta Anita kepada Zaki hanya cinta pelarian saja, dia juga tahu kalau Zaki ini play boy, dengan pertemuan Zaki dan Anita setiap hari itu Anita menjadi terdidik makan makanan terlarang. Saat ulang tahun Anita yang ke-17, Anita sangat antusias menerima ucapan Selamat Ulang Tahun dari zaki dan sekaligus menerima bingkisan ulang tahun berupa pakaian jadi. Anita sangat terkesan dengan pemberian itu. Yuasa yang menunggu nun jauh di sana, sesekali berdetak-detak jantungnya, berdebar-debar hatinya, tak tahu sama sekali tentang apa yang dilakukan oleh Anita dan Zaki. Akhir Desember 2007 Yuasa diwisuda sebagai sarjana baru, dia didampingi oleh kedua orang tuanya yaitu Pak Yusuf. Yuasa merasakan kesepian dan kesedihan dalam hatinya karena di saat-saat yang berbahagia ini Anita tak ada di sampingnya. Sesekali Yuasa melirik wisudawati yang duduk di sampingnya, dia membayangkan kalau-kalau wanita yang duduk di sampingnya mau diajak komunikasi dan lagi belum ada yang punya, sayang hanya terlintas dalam pikiran saja. Komitmennya kuat, bahwa Yuasa tak mau melanggar kontrak pejanjian pernikahannya dengan Anita. Sebenarnya Yuasa senang jika ada ketegasan dari keluarga Pak dan Ibu padmo, serta Anita tentang status pernikahannya. Kalau memang tak mau menerima Yuasa sebagai suaminya, terus terang saja ada ketegasan dari pihak Anita, Yuasa diterima atau ditolak, sehingga pihak Yuasa akan dengan mudah menentukan sikapnya. Setelah hampir setahun Yuasa tidak bertemu dengan Anita, dan surat Yuasa kepada Anita tak ada satu lembarpun yang di balas, Yuasa ada di jawa Tengah dan Anita ada di Jawa Timur, saat ini Yuasa sudah mulai memikir-mikir mencari calon isteri cadangan, Yuasa ditemani pamannya, Pak Kumis namanya, diselidikinya tempat praktek seorang dokter wanita yang konon masih gadis, dia bertugas di Puskesmas Karangbiru, daerah Karanganyar. Selidik-punya-selidik, dia adalah dr. Iswani yang baru sebulan yang lalu menikah menikah dengan seorang lulusan D III, dia pegawai Pemda. Yuasapun tak putus asa, dicarinya hiburan dengan mengunjungi teman-teman SMU-nya dulu, yang kini juga baru lulus dari perguruan tinggi. Menurut sebagian sumber memberitakan bahwa Rina yangh sarjana baru itu sedang goncang dengan pacarnya, mereka ada masalah. Katanya,. orang tua Rina tak setuju kalau hubungan puterinya dengan Joko diteruskan ke pelaminan. Yuasa menggunakan kesempatan itu untuk masuk ke hati Rina, Yuasa sempat dua kali berkunjung ke rumah Rina, kunjungannya tak berlanjut, diliputi keragu-raguan kalau-kalau Anita masih mencintainya, padahal Rina pernah sekali memancing pembicaraan agar Yuasa sudi berkunjung ke rumahnya lagi. Namun hubungan ini tak berlanjut, dan akhirnya Rina pun kembali ke pacar lamanya. Di saat-saat Yuasa ingin mencari cadangan kekasih selain Anita, secara tiba-tiba keluarga Pak Padmo dan Anita datang ke rumah Yuasa dengan sebuah mobil baru Avanza. Mereka datang untuk merundingkan perihal pernikahan Yuasa dengan Anita. Padahal kali ini, orang tua dan adik-adik Yuasa sudah tak mengharapkan lagi kedatangan Anita dan keluarganya, hal itu disebabkan lamanya komunikasi selama ini, sehingga mereka sudah tak membayangkan lagi kalau keluarga Anita masih bisa rujuk kembali. Meskipun begitu, di antara mereka cepat menyesuaikan diri, cepat menerima takdir yang diberika Tuhan kepada mereka. Yuasa agak heran, mengapa Anita kali ini agak cerah, rasanya dia sudah cukup puas dalam petualangan pergaulan remaja, tak ada ketenteraman dalam bercinta monyet rupanya, sehingga dengan sepenuh hati Anita mulai mau menerima Yuasa dengan suasana ramah dan penuh kehangatan. Pertemuan orang-orang tua mereka ini tampaknya didahului oleh pertemuan yang terjadi secara tidak sengaja di Madiun seminggu yang lalu, antara Bapak dan Ibu Ujang dengan Bapak dan Ibu Padmo dalam suatu resepsi pernikahan. Ketika Yuasa dan keluarga Pak Ujang datang ke rumah Anita untuk konfirmasi tentang acara pernikahan, Yuasa membawa seperangkat perhiasan emas ala kadarnya, yang terdiri dari kalung, gelang, dan cincin. Barang yangh dibawa hanya itu, itupun dapat dibawa berkat jasa baik Pak Ujang. Saat ini Yuasa dan Anita sudah mulai saling memahami kelebihan dan kekurangannya, Anita mulai berminat untuk menyelidiki siapa sebenarnya Yuasa itu. Dan setahun ditinggalkan oleh Yuasa, Anita malah tambah gemuk, Yuasa agak curiga mengapa gemuk? Sedangkan Yuasa malah kurus, padahal ketika kuliah Yuasa agak gemuk. Yuasa teringat pada cerita Rama dan Sinta, ketika Dewi sinta dicu;lik oleh Rahwana Raja yaitu raksasa yang sakti mandra guna yang ingin memperisteri Sinta, Hanoman disuruh memata-matai Dewi Sinta di tempat pengasingan, sambil disuruh mengecek apakah cincin yang dulu pernah diberikan itu masih cukup untuk dipakai. Hanoman si Kera putih itupun menyelinap di tempat pengasingan Sinta, tanpa sepengetahuan Ramawijaya, hanoman memakaikan cincin titipan Ramawijaya untuk Dewi Sinta. Ketika cincin dipakaiksn pada Sinta ternyata cincin itu sangat longgar berada dijari Sinta, tidak lagi pas seperti dulu. Hal ini sebagai pertanda bahwa Sinta tinggal di rumah Rahwana Raja kurus badannya, Sinta trernyata sedih hatinya, dan hal ini sebagai pertanda pula bahwa Sinta tak senang pada Rahwana Raja tetapi senang dengan Ramawijaya. Pesta pernikahan dilakukan dua kali, malam dan siang hari. Malam hari dilaksanakan Akad Nikah dengan mengundang petugas KUA ke rumahnya. Anita terkesan dengan acara sakral ini, dia baru mengakui bahwa acara ini merupakan pengesahan pernikahan mereka yang pertama kali, dan acara Nikah Sirri yang dilakukan tahun lalu dengan disertai tukar cincin itu hanya dianggap tunangan saja. Anita menangis tersedu-sedu karena terharu harus mengakhiri masa remajanya, walau hati Anita belum bersih dari kenangan di kala mengalami cinta monyet dahulu. Bagi Yuasa, Nikah sirri dulu itu yang dianggap lebih hebat, dihadiri dan didoakan oleh beberapa Kiai besar dari Kraton Surakarta. Yuasa dapat menikmati separoh acara malam pertama dengan gembira, Cuma agak terkejut ketika tahu kalau ternyata Anita lebih berpengalaman. Dulu Yuasa mengira kalau Anita ini masih polos dan murni, Yuasa sekarang tahu bahwa ternyata Anita sudah agak berpengalaman, entah dari baca buku, majalah, lihat film atau dari pengalaman yang lain. Kini Yuasa mulai menapaki acara-acara ini dengan hati-hati, dia penuh waspada karena ada beberapa prinsip yang cukup berbeda antara mereka berdua. Acara pesta pernikahan dilaksanakan di siang hari setelah solat Jumat, banyak teman Anita yang hadir di acara itu, Anita sangat senang dihadiri teman SMU dan guru-gurunya, dan konon Zaki juga datang, tetapi Anita tak ketemu dia. Tiga hari setelah acara pernikahan, kedua mempelai dibawa ke Manahan Sala, di rumah Pak Ujang dilaksanakan acara Ngundhuh Penganten. Suasana rumah Pak Ujang cukup padat penduduknya, ada beberapa orang yang terdiri dari beberapa pasang keluarga baru, keponakan, dan anak kost, sekarang ditambah pasangan baru Yuasa dan Anita. Pagi dan sore hari suasana sekitar kamar mandi ramai karena orang-orang sibuk menunggu antrian mandi. Mereka tampaknya bertempat tinggal di tempat yang cukup rawan, rawan percekcokan dan bahkan mungkin rawan perselingkuhan. Anita tampak tak bahagia, maklum banyak hal yang tak sesuai dengan yang diharapkan, apalagi telah ada image di benak Anita bahwa asal-usul Yuasa dari keluarga besar, adiknya selusin dan ekonominya bersahaja, tambahan lagi Yuasa sebagai staf pengajar honorer di sebuah perguruan tinggi swasta, yang tak cukup untuk bersenang-senang. Anita yang baru saja mengakhiri masa remajanya, tampak belum banyak makan garam dalam soal yang berkaitan dengan suka dukanya pengelolaan rumah tangga, rumah tangga Anita yang serba mapan kurang dapat diambil pelajaran yang berharga dalam menghayati kesulitan hidup. Anita memang baru saja mengakhiri masa remajanya, belum banyak garam yang dimakan, baru senang menikmati enaknya dolan, jajan, dan jalan-jalan, lain halnya dengan Yuasa masa dolan-dolan itu telah dilaluinya denga kejenuhan, dia lebih suka waktunya digunakan untuk sillaturrahmi ke ulama dan famili-famili, Anita masih belum mau menerima sifat Yuasa yang satu ini. Permasalahan yang dihadapi Anita terasa rumit, dia mulai gemar mencurahkan perasaan hatinya kepada seseorang anak kos bernama Patke. Mula-mula patke beritikad baik untuk ikut memecahkan persoalan dan keluhannya, dia mengeluh kalau kurang puas terhadap Yuasa, Patke mulai menggoda Anita, menggunakan kesempatan dalam kesempitan, dalam obrolan sehari-harinya antara Anita dan Patke terbersit pancingan asmara, mula-mula oleh Anita pancingan asmara Patke itu ditanggapi dengan harap-harap cemas dan penuh keraguan, tapi lama-lama Anita dan Patke mulai tidak malu-malu ngobrol berdua di teras dan di ruangan dengan ditemani seorang mahasiswi yang kost di tempat itu. Selembar kertas mulai dipakai oleh patke sebagai pancingan untuk menasihati dan menggoda Anita, dan Anita pun menanggapinya. Di saat itu tempat tidur Yuasa mulai dingin, karena beberapa penghuni rumah termasuk Anita dan Patke nonton TV sampai larut malam. Kebiasaan serupa ini berlangsung sampai satu bulan. Yuasa pun merasa ada suasana yang tak beres, walaupun antara Anita dan Patke hanya sekedar saling memandang dan sepatah dua patah kata mereka saling ngomong sambil nonton TV, namun tampaknya di antara mereka berdua hanya sekedar ngomong-ngomong dan sekali-kali mencuri pandang. Yuasa tampaknya juga merasa kalau ada sesuatu yang tak beres antara Anita dan Patke. Yuasa pernah menyindir kepada Patke, agar Patke menget ahui batas hubungan antara muhrim dan non muhrim. Yuasa sering merasa seakan detak jantung itu tiba-tiba bergerak kencang akibat sehari-hari memikirkan keasyikan isterinya dengan orang lain itu, dan Anita tak begitu mempedulikan isyarat yang disampaikan oleh Yuasa agar kegemaran ngobrol berdua dengan Patke diteras dan dintempat lain itu dihindari. Sehari-hari Yuasa rajin berzikir agar dirinya tambah dekat kepada Allah SWT. Pada tanggal 18 Agustus 2007 bakda Lohor, saat yang dianggap kelabu oleh Yuasa, saat ini adalah Hari Ulang Tahun Anita yang ke-18, di hari ulang tahun itu Yuasa hanya mampu memberikan selembar pakaian berwarna merah jambu. Anita sedikit agak genit membagi-bagi kue kepada penghuni rumah itu, termasuk kepada Patke. Patkepun menjadi ge-er dibutnya, tanpa rasa malu dan takut Patke akan memberikan ucapan selamat ulang tahun secara khusus bagi Anita. Bakda zuhur suara Patke memanggil Anita agak keras tapi pasti, “Mbak Nit” panggil Patke agar Anita menghampirinya di ruang kostnya. “Selamat ulang tahun ya?” , “Terima kasih”, jawab Anita agak gemetar, dan sangat terkesan bagi Patke karena berhasil menggoda Anita, saat itu Yuasa juga mendengar suara Patke dari sebelah kamar. Patke yang dulu pernash mengenyam pendidikan di pesantren itu tega memberi hadiah rujak cingur “ngoik” alias anjing, Na’uzu billaahi minzaalik! Anitapun mau memakannya dengan sedikit gemetar, namun ada juga sedikit rasa benci pada akhirnya. Astaghfirullaah rintih Yuasa, kapan isteriku terbebas dari godaan, dan mau memberikan cinta sucinya hanya kepadaku. Pesta pernikahan yang berlangsung sejak 23 Oktober sampai akhir November ini terasa gelap bagi Yuasa, bulan madunya pahit, pikir Yuasa “semoga bukan madu yang bercampur dengan racun”. Setiap ada kesempatan Anita dan Patke atau nama aslinya Alim selalu bernafsu untuk ngobrol berdua, di teras, di buk, atau di kamar Unik yaitu salah seorang teman sebelah kamar Anita, atau mungkin di tempat lain. Yang lebih menjadikan Yuasa dongkol adalah ketika Yuasa pulang dari mengajar, kali ini pukul 09.00 pagi sudah pulang, Anita dan Alim makan pagi berdua di ruang makan, mula-mula Anita makan sendirian tapi kemudian Alim berhasrat menyusulnya, walaupun tak ada masalah serius yang perlu dibicarakannya. Dan yang lebih menjadikan dongkol bagi Yuasa lagi ialah ketika pada suatu malam, kira-kira pukul 10.00 malam setelah Yuasa dan Anita tidur berdampingan, tiba-tiba Anita keluar dari kamar meninggalkan Yuasa sendirian, untuk rame-rame makan bakso di depan rumah dengan banyak orang, yang salah satunya Patke. Keliatannya yang nraktir kali ini adalah Patke.Dan Alim malam itu merasa tak enak. Yuasa berkonsultasi kepada Kiai Mufti, menyampaikan keberatannya membina Anita, Yuasa mengalami kesulitan. Pak Kiai menasihati agar Anita dinasihati oleh Alim secara terus terang, tetapi Yuasa ketika itu masih malu dan segan menasihati, mungkin juga sungkan jika dikatakan cemburu. Di setiap malam dalam bulan ini Anita selalu nonton Tivi bersama-sama dengan keluarga, dan Anita memilih berada di tempat gelap, di kamar sebelah, Al;impun juga suka nonton dari situ. Walau isi kamar itu bukan hanya dua orang saja. Yuasa merasakan suatu gelagat yang kurang sehat dari Alim itu dengan melakukan antisipasi agar adiknya Inung harus menemani nonton dari ruang itu setiap malamnya. sebenarnya kebiasaan menjaga kedua kakaknya ini merupakan pekerjaan berat, tapi hal ini harus dikerjakan Inung demi keselamatan kakaknya. Inung tak tahu detil hubungan antara Anita dan Alim. Kiai Mufti menasihati kepada Yuasa agar bersikap keras terhadap Anita. Ketika pada suatu waktu di sore hari Anita berencana menjenguk orang tuanya dengan ditemani Yuasa, pagi-pagi sekitar pukul 09.00 Anita pergi ke pasar Purwosari untuk membeli oleh-oleh kerupuk-kedelai mentah khas Solo, dia naik angkot, sesampai di tepi jalan numpang bonceng pada Mirdad, dia anak kost yang tinggal serumah. Mereka tak ada hubungan apa-apa, hanya sekedar numpang bonceng, itupun hanya sekali aja terjadi. “Terima kasih ya mas!” kata Anita kepada Mirdad setelah mereka sampai di rumah Pak Ujang, Yuasa baru saja selesai solat Duha dan wirid pagi, tiba-tiba hati Yuasa panas, sebenarnya ini merupakan endapan hati yang panas dengan Alim, tapi kali ini Anita jadi sasaran kemarahan Yuasa yang spontan, sesampai di ruangan dekat Tivi pipi Anita sedikit didorong dengan telapak tangan Yuasa dengan kesal, secara fisik gerakan Yuasa yang spontan ini tak menyakitkan Anita, namun secara psikis tindakan ini amat mengejutkan dan amat menyakitkan Anita, kontan Anita menangis dengan tekanan amat keras tapi tak bersuara keras, hanya suara mendesah dan terisak-isak, Anita mengunci pintu dari dalam, dia menangis sejadi-jadinya dalam waktu yang cukup lama, ia tak mengira sama sekali kalau Yuasa bisa berbuat kasar, saat itu perasaan hati Anita Yuasa amat membenci Yuasa, Anitapun tak tahu apakah salahnya sehingga Yuasa berbuat begitu. Ketika itu Anita menduga kalau suaminya yaitu Yuasa cemburu dengan Mirdad, Anitra menduga Yuasa salah paham, bukan..bukan begitu, Yuasa marah karena menahan kemarahan berminggu-minggu atas hubungan Anita dan Alim, Yuasa merasa dihina, merasa dikecilkan oleh Anita, apalagi setahun yang lalu Anita juga pantas dicurigai hubungannya dengan Zaki. Perahu layar yang dikemudikan yuasa dan anita berjalan terseyok-seyok diterpa ombak, mereka sebagai sepasang pengantin yang kurang berbahagia. Sebenarnya Anita termasuk wanita yang penurut dan mudah beradaptasi. Dia hanya perlu tambah wawasan, orang tuanya tak pernah memberikan bimbingan keagamaan, perangai kakak dan adiknya juga tak dapat bimbingan orang tuanya secara maksimal, karena mereka sibuk dalam bisnis ada satu adiknya yang tekun beribadah, Naning namanya, namun perangainya agak kaku sehingga kurang mendapat simpati dari sebagian besar keluarganya. Adapun Anita perangainya lebih bagus, bahkan jika ia dididik secara baik akan menjadi seorang ibu yang ideal, karena orangnya tegas, ramah, supel, dan penuh percaya diri.Walau telah bergelimang di dekat lumpur, namun nyatanya si Anita mampu bertahan diri dari kotoran lumpur itu. Setelah tamparan pipi yang tak begitu menyakitkan secara fisik itu, Anita mulai dari sedikit sadar jika perilakunya selama ini salah, tapi di pihak lain Anita juga menganggap perilaku Yuasa juga salah. Bagi Yuasa perlakuan terhadap Anita itu masih dianggap cukup toleransi. Semestinya Yuasa berminat untuk memberi pelajaran kepada Patke dan Alim, tetapi Yuasa masih mengendalikan diri, takut bkalau dikira cemburuan, lagi pula takut ka;lau perkara kecil saja terlalu amat serius dipermasalahkan. Sekarang Yuasa memulai lembaran hidup baru dengan Anita, perahu layer itu mulai dapat dikemudikan dengan tenang, Yuasa mulai sering bertukar pikiran sama Anita dengan penuh kehangatan. Sesekali Anita masih saja sering terlintas di hatinya yang mengandaikan intim dengan Zaki, latar belakang pendidikan Zaki tak setinggi Yuasa, dan masa depannya pun Zaki tak begitu jelas, bahkan Anita juga tak tahu benar asal usul Zaki. Bagi anita, godaan Zaki itu hamper membutakan mata hati Anita, ibarat seperti “Kencana katon wingka lan wingka katon kencana”, artinya ‘logam mulia hanya dipandang sebagai pecahan keramik, dan pula pecahan keramik tampak seperti logam mulia’, ini pepatah bahasa Jawa. Untung Anita mampu mengendalikan diri, soal goadaan itu bias saja seorang bangsawan yang terhormat tergoda oleh pembantunya sendiri, ini yang namanya godaan, bias saja membutakan mata hatinya. Akhirnya Yuasa mau menyadari kelemahan dan kekhilafan masing-masing, kesalahan yang tak begitu besar tetapi cukup bias membantu untuk mendewasakan mereka berdua. Kini Yuasa dengan penuh kerelaan selalu mendoakan Anita memperoleh kebaikan-kebaikan. Anita punya dugaan kalau Yuasa juga punya affair dengan wanita lain, tidak..tidak begitu. Memang dulu Yuasa pernah akan dijodohkan oleh Pak Ujang dengan keponakannya dari Madiun, namanya Tiyah. Pak Ujang sengaja agar hubungan Yuasa dengan Tiyah akrab dan nantinya menjadi suami isteri. Ketika itu Yuasa duduk di tahun petama perguruan tinggi dan Tiyah kelas III SLTP, sesekali Yuasa pulang ke Sala, Yuasa disuruh tidur dala satu ruangan berbeda bad dengan Tiyah, Yuasa ketika itu sering tinggal di tempat kostnya di Yogyakarta. Kata Yuasa dalam hati, Tiyah bukan tipe wanita idealku, demikian pula menurut Tiyah Yuasapun juga bukan tipe idealnya. Waktu itu Tiyah sudah punya pacar pria Madiun Hrun namanya. Sehingga menurut Yuasa: “Walaupun kami sesekali tidur dalam satu ruangan, kami belum pernah menyentuh Tiyah”. Yuasa sering diledek Pak Kumis, pamannya, “Nak, kamu ini bodoh, ada banding dekat kucing kok tidak dimakan!”, Yuasa hanya tersenyum saja. Kecuali itu Anita juga curiga kalau Yuasa juga punya sahabat intim di tempat lain, Yuasa punya beberapa kenalan Dewi, misalnya, hal ini sering dipakai Anita untuk ngeledek Yuasa. Yuasa selalu berucap kalau tak ada hubungan istimewa dengan Dewi, dia hanya teman biasa saja. Demikian pula dengan teman kuliah yang lain, bahkan juga teman kantor sekalipun, mereka tak ada yang berhubungan dengan Yuasa secara istimewa.

HOME | BACK
Tampilan terbaik pada HP dengan resolusi layar 240x320 & menggunakan opera mini v4.2 , dan di malam hari.
online counter
TOP-RATINGMobPartner Counter
Best Wap Sites

PluzTopwapinfoBestTraffic.mobiBestTop.MobiTOP RANK*tswaplogsTraffic Boost Enginexox
Created by: Safikâ„¢
banjarmasin © juli 2010