Safik.Hexat.Com
kumpulan cerita mesum khusus dewasa
18+ Enter Herebapak kost yang hotBapak Kost Yang Hot
--------------------------------------------------------------------------------
Pagi itu kulihat Oom Pram sedang merapikan tanaman di kebun,
dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan
gunting. Kutatap wajahnya dari balik kaca gelap jendela
kamarku. Belum terlalu tua, umurnya kutaksir belum mencapai
usia 50 tahun, tubuhnya masih kekar wajahnya segar dan cukup
tampan. Rambut dan kumisnya beberapa sudah terselip uban. Hari
itu memang aku masih tergeletak di kamar kostku. Sejak kemarin
aku tidak kuliah karena terserang flu. Jendela kamarku yang
berkaca gelap dan menghadap ke taman samping rumah membuatku
merasa asri melihat hijau taman, apalagi di sana ada seorang
laki-lai setengah baya yang sering kukagumi. Memang usiaku
saat itu baru menginjak dua puluh satu tahun dan aku masih
duduk di semester enam di fakultasku dan sudah punya pacar
yang selalu rajin mengunjungiku di malam minggu. Toh tidak ada
halangan apapun kalau aku menyukai laki-laki yang jauh di atas
umurku.
Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras.
Tidak, dia tidak melihaku dari luar sana. Oom Pram mengenakan
kaos singlet dan celana pendek, dari pangkal lengannya
terlihat seburat ototnya yang masih kecang. Hari memang masih
pagi sekitar jam 9:00, teman sekamar kostku telah berangkat
sejak jam 6:00 tadi pagi demikian pula penghuni rumah lainnya,
temasuk Tante Pram istrinya yang karyawati perusahaan
perbankan.
Memang Oom Pram sejak 5 bulan terakhir terkena PHK dengan
pesangon yang konon cukup besar, karena penciutan
perusahaannya. Sehingga kegiatannya lebih banyak di rumah.
Bahkan tak jarang dia yang menyiapkan sarapan pagi untuk kami
semua anak kost-nya. Yaitu roti dan selai disertai susu panas.
Kedua anaknya sudah kuliah di luar kota. Kami anak kost yang
terdiri dari 6 orang mahasiswi sangat akrab dengan induk
semang. Mereka memperlakukan kami seperti anaknya. Walaupun
biaya indekost-nya tidak terbilang murah, tetapi kami
menyukainya karena kami seperti di rumah sendiri. Oom Pram
telah selesai mengurus tamannya, ia segera hilang dari
pemandanganku, ah seandainya dia ke kamarku dan mau memijitku,
aku pasti akan senang, aku lebih membutuhkan kasih sayang dan
perhatian dari obat-obatan. Biasanya ibuku yang yang
mengurusku dari dibuatkan bubur sampai memijit-mijit badanku.
Ah.. andaikan Oom Pram yang melakukannya...
Kupejamkan mataku, kunikmati lamunanku sampai kudengar suara
siulan dan suara air dari kamar mandi. Pasti Oom Pram sedang
mandi, kubayangkan tubuhnya tanpa baju di kamar mandi,
lamunanku berkembang menjadi makin hangat, hatiku hangat,
kupejamkan mataku ketika aku diciumnya dalam lamunan, oh
indahnya. Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba ada suara
ketukan di pintu kamarku, segera kutarik selimut yang sudah
terserak di sampingku. "Masuk..!" kataku. Tak berapa lama
kulihat Oom Pram sudah berada di ambang pintu masih mengenakan
baju mandi. Senyumnya mengambang "Bagaimana Lina? Ada
kemajuan..?" dia duduk di pinggir ranjangku, tangannya
diulurkan ke arah keningku. Aku hanya mengangguk lemah.
Walaupun jantungku berdetak keras, aku mencoba membalas
senyumnya. Kemudian tangannya beralih memegang tangan kiriku
dan mulai memjit-mijit.
"Lina mau dibikinkan susu panas?" tanyanya.
"Terima kasih Oom, Lina sudah sarapan tadi," balasku.
"Enak dipijit seperti ini?" aku mengangguk.VDia masih memijit
dari tangan yang kiri kemudian beralih ke tangan kanan,
kemudian ke pundakku. Ketika pijitannya berpindah ke kakiku
aku masih diam saja, karena aku menyukai pijitannya yang
lembut, disamping menimbulkan rasa nyaman juga menaikkan
birahiku. Disingkirkannya selimut yang membungkus kakiku,
sehingga betis dan pahaku yang kuning langsat terbuka, bahkan
ternyata dasterku yang tipis agak terangkat ke atas mendekati
pangkal paha, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura
tidak tahu.
"Lin kakimu mulus sekali ya."
"Ah.. Oom bisa aja, kan kulit Tante lebih mulus lagi," balasku
sekenanya.
Tangannya masih memijit kakiku dari bawah ke atas
berulang-ulang. Lama-lama kurasakan tangannya tidak lagi
memijit tetapi mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja,
aku menikmatinya, birahiku makin lama makin bangkit.
"Lin, Oom jadi terangsang, gimana nih?" suaranya terdengar
kalem tanpa emosi.
"Jangan Oom, nanti Tante marah.."
Mulutku menolak tapi wajah dan tubuhku bekata lain, dan aku
yakin Oom Pram sebagai laki-laki sudah matang dapat membaca
bahasa tubuhku. Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai
menggosok pangkal paha dekat vaginaku yang terbungkus CD.
Dan... astaga! ternyata dibalik baju mandinya Oom Pram tidak
mengenakan celana dalam sehingga penisnya yang membesar dan
tegak, keluar belahan baju mandinya tanpa disadarinya. Nafasku
sesak melihat benda yang berdiri keras penuh dengan tonjolan
otot di sekelilingnya dan kepala yang licin mengkilat. Ingin
rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan hasratku
itu, rasa maluku masih mengalahkan nafsuku.
Oom Pram membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat
menyentuh bibirku dengan lembut. Kehangatan menjalar ke lubuk
hatiku dan ketika kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan
maka kusambut dengan lidahku pula, aku melayani
hisapan-hisapannya dengan penuh gairah. Separuh tubuhnya sudah
menindih tubuhku, kemaluannya menempel di pahaku sedangkan
tangan kirinya telah berpindah ke buah dadaku. Dia meremas
dadaku dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung
lagi kurengkuh tubuhnya, kuusap punggungnya dan terus ke bawah
ke arah pahanya yang penuh ditumbuhi rambut. Dadaku berdesir
enak sekali, tangannya sudah menyelusup ke balik dasterku yang
tanpa BH, remasan jarinya sangat ahli, kadang putingku
dipelintir sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa.
Nafasku makin memburu ketika dia melepas ciumannya. Kutatap
wajahnya, aku kecewa, tapi dia tersenyum dibelainya wajahku.
"Lin kau cantik sekali.." dia memujaku.
"Aku ingin menyetubuhimu, tapi apakah kamu masih perawan..?"
aku mengangguk lemah.
Memang aku masih perawan, walaupun aku pernah "petting" dengan
kakak iparku sampai kami orgasme tapi sampai saat ini aku
belum pernah melakukan persetubuhan. Dengan pacarku kami
sebatas ciuman biasa, dia terlalu alim untuk melakukan itu.
Sedangkan kebutuhan seksku selama ini terpenuhi dengan
mansturbasi, dengan khayalan yang indah. Biasanya dua orang
obyek khayalanku yaitu kakak iparku dan yang kedua adalah Oom
Pram induk semangku, yang sekarang setengah menindih tubuhku.
Sebenarnya andaikata dia tidak menanyakan soal keperawanan,
pasti aku tak dapat menolak jika ia menyetubuhiku, karena
dorongan birahiku kurasakan melebihi birahinya. Kulihat dengan
jelas pengendalian dirinya, dia tidak menggebu dia memainkan
tangannya, bibirnya dan lidahnya dengan tenang, lembut dan
sabar. Justru akulah yang kurasakan meledak-ledak.
"Bagaimana Lin? kita teruskan?" tangannya masih mengusap
rambutku, aku tak mampu menjawab.
Aku ingin, ingin sekali, tapi aku tak ingin perawanku hilang.
Kupejamkan mataku menghindari tatapanbya.
"Oom... pakai tangan saja," bisikku kecewa.
Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti seluruh dasterku,
aku tinggal mengenakan celana dalam, dia juga telah telanjang
utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, batang
kemaluannya panjang dan besar berdiri tegak. Diangkatnya
pantatku dilepaskannya celana dalamku yang telah basah sejak
tadi. Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar.
Kulihat vaginaku telah merekah kemerahan bibirnya mengkilat
lembab, klitorisku terasa sudah membesar dan memerah, di dalam
lubang kemaluanku telah terbanjiri oleh lendir yang siap
melumasi, setiap barang yang akan masuk.
Oom Pram membungkuk dan mulai menjilat dinding kiri dan kanan
kemaluanku, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya
menggeser makin ke atas ke arah klitosris, kupegang kepalanya
dan aku mulai merintih kenikmatan. Berapa lama dia
menggeserkan lidahnya di atas klitosriku yang makin
membengkak. Karena kenikmatan tanpa terasa aku telah
menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke
kanan. Tiba-tiba Oom Pram melakukan sedotan kecil di klitoris,
kadang disedot kadang dipermainkan dengan ujung lidah.
Kenikmatan yang kudapat luar biasa, seluruh kelamin sampai
pinggul, gerakanku makin tak terkendali, "Oom... aduh.. Oom...
Lin mau keluar...." Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah
siap untuk berorgasme, tapi pada saat yang tepat dia
melepaskan ciumannya dari vagina. Dia menarikku bangun dan
menyorongkan kemaluannya yang kokoh itu kemulutku. " Gantian
ya Lin.. aku ingin kau isap kemaluanku." Kutangkap
kemaluannya, terasa penuh dan keras dalam genggamanku. Oom
Pram sudah terlentang dan posisiku membungkuk siap untuk
mengulum kelaminnya. Aku sering membayangkan dan aku juga
beberapa kali menonton dalam film biru. Tetapi baru kali
inilah aku melakukannya.
Birahiku sudah sampai puncak. Kutelusuri pangkal kemaluannya
dengan lidahku dari pangkal sampai ke ujung penisnya yang
mengkilat berkali-kali. "Ahhh... Enak sekali Lin..." dia
berdesis. Kemudian kukulum dan kusedot-sedot dan kujilat
dengan lidah sedangkan pangkal kemaluannya kuelus dengan
jariku. Suara desahan Oom Pram membuatku tidak tahan menahan
birahi. Kusudahi permainan di kelaminnya, tiba-tiba aku sudah
setengah jongkok di atas tubuhnya, kemaluannya persis di depan
lubang vaginaku. "Oom, Lin masukin dikit ya Oom, Lin pengen
sekali." Dia hanya tersenyum. "Hati-hati ya... jangan terlalu
dalam..." Aku sudah tidak lagi mendengar kata-katanya.
Kupegang kemaluannya, kutempelkan pada bibir kemaluanku,
kusapu-sapukan sebentar di klitoris dan bibir bawah, dan...
oh, ketika kepala kemaluanya kumasukan dalam lubang, aku
hampir terbang. Beberapa detik aku tidak berani bergerak
tanganku masih memegangi kemaluannya, ujung kemaluannya masih
menancap dalam lubang vaginaku. Kurasakan kedutan-kedutan
kecil dalam bibir bawahku, aku tidak yakin apakah kedutan
berasal dariku atau darinya.
Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu ujung kemaluannya
yang sangat besar terasa menggeser bibir dalam dan pangkal
klitoris. Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam kenikmatan
makin dalam, separuh batang kemaluannya sudah melesak dalam
kemaluanku. Kukocokkan kemaluannya naik-turun, tidak ada rasa
sakit seperti yang sering aku dengar dari temanku ketika
keperawanannya hilang, padahal sudah separuh. Kujepit
kemaluannya dengan otot dalam, kusedot ke dalam. Kulepas
kembali berulang-ulang. "Oh.. Lin kau hebat, jepitanmu nimat
sekali." Kudengar Oom Pram mendesis-desis, payudaraku
diremas-remas dan membuat aku merintih-rintih ketika dalam
jepitanku itu. Dia mengocokkan kemaluannya dari bawah. Aku
merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya kehilangan
kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus ke bawah
sehingga penis Oom Pram sudah utuh masuk ke vaginaku, tidak
ada rasa sakit, yang ada adalah kenikmatan yang
meledak-ledak.Dari posisi duduk, kurubuhkan badanku di atas
badannya, susuku menempel, perutku merekat pada perutnya.
Kudekap Oom Pram erat-erat. Tangan kiri Oom Pram mendekap
punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap bokongku dan
analku. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok
dan kugoyang pinggulku, sedang kurasakan benda padat kenyal
dan besar menyodok-nyodok dari bawah.
Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya kecil makin
keras dan akhirnya meledak. "Ahhh..." Kutekan vaginaku ke
penisnya, kedutannya keras sekali, nimat sekali. Dan hampir
bersamaan dari dalam vagina terasa cairan hangat, menyemprot
dinding rahimku. "Ooohhh..." Oom Pram juga ejakulasi pada saat
yang bersamaan. Beberapa menit aku masih berada di atasnya,
dan kemaluannya masih menyesaki vaginaku. Kurasai vaginaku
masih berkedut dan makin lemah. Tapi kelaminku masih
menyebarkan kenikmatan.
Pagi itu keperawananku hilang tanpa darah dan tanpa rasa
sakit. Aku tidak menyesal.
TAMAT
http://siezhien.wen.ru