Safik.Hexat.Com
kumpulan cerita mesum khusus dewasa
18+ Enter Hereolga lydiaOlga Lydia
"Ya, jadi menurut bapak kira-kira berapa lama ya selesainya?? "
"Paling 2 sampai 3 hari non...Kalau mau hari ini juga kita bisa
mulai bongkar, jadi bisa hemat waktu juga...Gimana Non Olga??" Jawab
bapak-bapak separuh baya itu
"Boleh pak, tapi saya ada perlu hari ini,gapapa saya tinggal pak??"
jawab wanita yang dipanggil Olga.
"Oh, gapapa Non, urusan disini jadi tanggung jawab saya..Non tenang
aja.."
"Ga bukan masalah itu, saya percaya koq ma bapa,.Kan dulu rumah mama
juga
bapak yang beresin,..Soal pembayaran gimana pak,..??"
"Ya, kita minta 50% aja dulu bisa??Buat belanja bahan nich non.sama
urusan
ma pihak apartement gimana,nanti kita dimarahin lagi kerja disini??"
jawab
mandor itu..
"Oke tapi untuk pembayaran tunggu saya pulang ya pak. Paling jam
empat saya sudah pulang, urusan maintenance sudah saya urus pak, ga
masalah, ke tetangga juga sudah saya omongin"
"Oh, kalo gitu kita kan enak kerja-nya,.. Ya sudah non kalo non mang
ada pekerjaan, bisa ditinggal, pokoknya Non tau rapi saja...hehehe"
"Oke, kalo gitu saya tinggal ya pak, pemotretan-nya jam 12
soalnya..Takut telat.." Kata wanita itu sambil mengangkat tasnya..
Dia tampak tergesa-gesa sekali, Ya, wanita tinggi putih berwajah
oriental itu memang Olga, Olga Lydia, foto model, aktris dan
presenter yang cukup terkenal di Indonesia.
"Hati-hati Non,.."
"Ya makasih Pak, tolong tunggu saya ya pak.." ingatnya
"Baik Non" jawab mandor itu,..
Olga pun bergegas keluar dari apartementnya, para pekerja berjumlah
dua orang plus seorang mandor itu pun segera melakukan pekerjaannya,
merenovasi dan
memperbaiki beberapa saluran air di apartement itu.
"Bagus ya pak apartementnya" Kata salah satu dari pekerja
"Ya bagus lah, namanya juga punya artis, hehehe" jawab mandor itu.
"Udah lama pak kenal ma keluarga dia?" tanya mandor berkumis dan
kekar
itu, umurnya kira-kira 50an.
"Dari kecil Ded, dah lama juga kenal keluarganya, jadi kerja yang
bener ya. Ga enak gue kalo asal jadi aja.."
"Ya pasti pak, tenang aja.hehehe" jawab pekerja bernama Dedi itu.
"Ya bapak tinggalin aja disini biar kita yang urus dulu, kan bapak
bisa belanja cat dulu, siapa tau kita bisa mulai cat sore" Kata
seorang pekerja yang sedang merokok,..
"Oke gue tinggal, tapi lu jangan ngerokok aja Bakrie, takut kena
karpet ya"
"Siap Boss.." jawab pria 30an berambut cepat dan berbibir tebal itu
sambil mematikan rokoknya..
###
Di pinggiran kolam renang, sebuah rumah mewah, terlihat beberapa
orang mempersiapkan alat-alat pemotretan, dari dalam rumah keluarlah
Olga dan beberapa asisten serta Darwis Triadi, salah satu fotografer
terkenal di tanah air.
"Gimana??Udah beres alat-alatnya? ?masa mindahin dari dalem keluar
aja lama??" tanya Darwis ke krunya.
"Sudah Boss, nich lagi test aja,.." Jawab salah satu kru..
"Oke Olga bisa dimulai sekarang??"
"Sip Darwis, lagian gue dah risih nich..Hehehe" sambil melepas
selendang yang
menutupi bagian pinggangnyya kebawah.
Olga dengan swimsuit merahnya kini sudah masuk set pemotretan itu
dengan dibantu beberapa assisten-nya untuk mempersiapkan pose yang
diinginkan Darwis. Kipas angin pun dinyalakan untuk membuat kesan
rambutnya yang tertiup angin. Tak lama pemotretan itu pun dimulai,
beberapa scene, dan mereka mulai berpindah-pindah set.
"Ya bagus, coba angkat tangan kiri kamu, jangan liat ke
kamera..natural aja"
Klik !!!
"Ya bagus, Liat kesini, majukan kaki kiri kamu, ya bungkuk sedikit.."
Klik !!!
"Lightening pindah kebelakang, Ya tahan sebentar pose itu, senyum
sedikit, yaa.."
Klik !!!
"Oke Thanks, Olga sip banget, ini saya usahain jadi cover
ya...sayang banget kalo ga jadi cover.." Kata fotografer itu,..
"Oooo..bayaranya nambah donk,.hehehe, Ga becanda, Gue liat donk
hasilnya ya, jangan naek cetak dulu baru lu kasih gue,.." jawab Olga.
"Oke santai, kamu tau gimana saya kerja kan.."
"Hahaha, ya udah, dah beres kan gue tinggal ya??"
"Oke ga masalah thanx ya..Bye-bye"
"Sip, take care ya..Bye"
Olga pun segera menuju ruang ganti pakaian di rumah itu, scene di
kolam renang itu, memaksanya untuk berpose dengan swim suit, Sopan
sich, tapi pemotretan ini jarang sekali dia lakukan. Di ruang ganti
itu ada Anna, sahabat Olga yang juga seorang model.
"Gmana Lyd??" tanyanya.
"Ga tau gue juga belum liat hasilnya, lu tahu sendiri si Darwis,
belum perfect buat dia mana mungkin dikasih liat ke kita?? Jawab
Olga..
"Hahaha, iya juga yee.Lupa gue,..Mau kemana nich kita??"
"Aduh sory Ann, gue musti buru-buru balik, mau ke ATM dulu, gue mau
ambil duit, apartemen gue kan lagi dibenerin, gila keran bocor
terus, sekalian lapis cat lagi..."
"Ohhh, jadi nich dibenerin, terus yang jaga siapa??Besok aja kita
masih ada satu roll lagi kan.."
"Ah tenang aja,..Hari ini gue tinggal, besok sich nyo gue yang jaga."
"Yawda lu ati-ati aja barang lu ya.."
"Rabu lu jadi kan ke tempat, gue ga da Job juga kan kita??"
"Oce dech, tar gue dateng dech lusa ya..,Gue cabut dulu nich, Biasa
Roby dah nunggu.."
"Yawda TitiDJ Na,.."
"Hahaha, Lu juga ye, Bye.." Jawab Anna, sambil membuka pintu ruang
ganti itu, Olga pun segera mengambil pakaiannya di loker, Dia segera
berganti pakaian, Tak lama Olga pun selesai dan segera keluar dari
ruang ganti itu. Setelah berpamitan pada Darwis dan beberapa kru,
Olga pun segera meninggalkan lokasi pemotretan itu.
###
Pukul 4.20 Olga sudah kembali, setelah mengambil Uang di ATM untuk
membayar 50% biaya perbaikan apartement-nya. Sesampainya di
apartementnya, Ibu Olga sudah disana, selain itu beberapa bagian
ruangan apartement itu sudah dilapis ulang, Pekerjaan-nya cukup rapi
juga...Dia segera menghampiri ibunya di dapur..
"Kapan dateng Mi??"
"Dah pulang, tadi jam 2an lah...Minum dulu jus di lemari es tuch..."
"Makasih Mi, tar dech..Nginep kan Mi???"
"Iya, tapi besok sore mami pulang, kasian Papi kamu sendiri,.."
"Yee, kenapa papi ga diajak kesini aja sekalian??" Jawab Olga sambil
mengambil jus
"Tau sendiri kan Papi mu itu, lebih seneng burung daripada nyenengin
Mami mu.."
"Dasar Mami..hehehe, ..Pak Jabir mana Mi ??"
"Diatas kayaknya..Dia lagi bongkar pipa ma anak buahnya.."
"Oh, Olga keatas dulu ya Mi, sekalian bayar Uang muka nich,..Mami
belum dinner kan?"
"Belum, mau Mami masakin??"
"Ga usah mi, nanti kita makan aja diluar, mami dah mandi??"
"Belum, yawda Mami mandi dulu dech.."
"Oke..aku naek dulu ke atas.." kata Olga yang dibalas senyuman oleh
maminya..Ia pun segera naik ke tingkat 2, menemui si mandor Jabir.
"Gimana Pak untuk hari ini??" tanya Olga.
"Ya Non liat sendiri, buat pipa ini juga udah ketemu penyakitnya,
cuman kita ga bawa peralatannya, mungkin besok kita urus dech
Non,kita lagi ngikis cat aja dulu besok di Cat ulang, kalo sekarang
ga keburu,.." Jawab Pak Jabir
"Oh yawda, ini pembayaranya pak, 50% dulu,..Dihitung Pak,.." Sambil
menyodorkan amplop berisi uang tunai..
"Ah, percayalah bapak ma Non,..Habis ngikis cat di ruangan ini kita
pamit dulu ya Non, sudah jam 5 juga.."
"Oke Pak, ga masalah, beresin aja dulu pak, Saya tinggal ya?"
"Silahkan Non.."
Olga pun segera turun, tak lama rombongan pak Jabir pun
menyelesaikan pekerjaannya. Mereka berpamitan dengan Olga dan
ibunya, yang sedang berbincang sambil menonton televisi..
"Sudah sana mandi, katanya mau makan,..' Tegur Ibu Olga,..
"Iya Mi, baru pada pulang sich ga tenang ada mereka..Hehehe. ."
"Dasar, bagus dech, kamu itu wanita, jaga baik-baik harga diri kamu
Olga."
"Iya Mi, ya Olga mandi dulu ya."
"Ya sudah, besok kamu ada acara ??"
"Besok aku musti ke agency, kenapa Mi??"
"Ya sudah kamu mandi saja dulu, nanti malam ada yang mau Mami
bicarakan.."
"Yawda dech, aku mandi dulu Mi.."
Sejam kemudian Olga pun sudah berdandan, maminya yang sudah siap
dari tadi sudah menunggunya di ruang tamu, mereka pun pergi makan
malam, menyantap makanan Eropa di sebuah restoran elit, Pukul 10
lewat mereka kembali ke apartement Olga.
"Mami mau tidur??" tanya Olga,.
"Ga sich, kamu mau tidur sayang ?" Jawab ibunya..
"Ngantuk sich mi, tapi katanya ada yang Mami mau omongin.."
"Oh iya, ampir Mami Lupa,.Gini tentang issue belakangan ini tentang
kamu nak,."
"Ah itu lagi, Mami percayakan ma Aku ??"
"Iya Mami juga ga percaya, tapi Mami mau dengar dari kamu langsung".
"Oke dech, aku ga da hubungan apapun dengan pejabat itu..Oke
Mi..Percayakan
ma aku"..Kata Olga sambil mengacungkan 2 jarinya, seperti bersumpah.
"Iya kamu ga usah gitu lah, mami percaya koq ma Kamu sayang..Mami
cuma
kuatir aja, kamu kan tahu itu pejabat + kamu juga tau kan dia udah
berkeluarga, jangan sampai kamu nganggu hidup orang lain, kita juga
dari keluarga berada, ga perlu mikirin harta kaya Orang lain,.."
ingat ibu-nya
"Iya Mi, Makasih ya,..Tidur yuk Mi"
"Ya sudah kamu tidur saja dulu, Mami nunggu telepon Papi-mu,.."
"Oc, dech Mi, Tar tidur bareng aku aja ya,..Nitez mi.."
"Ya sudah nanti mami nyusul sayang.."
Olga pun meninggalkan Ibunya di ruang keluarga, tak lama dia pun
tertidur..
Keesokan harinya,"Pagi Mih,..Aku dah telat nich, aku musti cepet-
cepet ke agency, Mami dah makan kan??" Tanya Olga..
"Udah kamu tenang aja,..Kamu pulang jam berapa??"
"Mami mau pulang jam berapa, nanti aku yang anter aja??"
"Ga usah, nanti Mami naik taksi saja,..Paling jam tujuhlah, nunggu
Pak Jabir pulang kan.."
"Ooh, kalau gitu tunggu aku ya Mi, aku ga malem koq pulanganya,. ."
"Kamu beresin aja pekerjaan kamu, mami sich gampang..."
"Ya pokoknya Mami tunggu aja, aku kan masih kangen."
"Ya sudah, Mami tunggu kamu ya sayang.."
"Oke dech,..Mam aku pergi dulu ya ?"
"Eeeeh, Gak sarapan dulu sayang ??"
"Telat Mih,.."
"Udah minum dulu susunya ya.."
"Yawda dech,..Aku pergi ya..." Ujar Olga setelah meminum susunya
sambil meninggalkan Apartementnya
Sepulangnya dari Agensy, Olga pun melihat pekerjaan rumahnya yang
sudah 75 % rampung, tampaknya pekerjaan ini akan selesai lebih cepat
dari jadwal. Masih jam lima sore, ketika ibunya minta ditemani ke
minimarket, maka Olga turun mengantar ibunya.
###
"Sayang ya Pak, Non Olga jarang Disini.." Ujar Bakrie.
"Ya mau ngapain juga dia disini..." Jawab Jabir..
"Ya kan lumayan pak, baru hari ini aja dia dirumah, ma temen-nya
lagi..' sambung Dedi.
"Lu pada ngeres aja..Pengen liat paha-nya aja lu pada ya??" Canda
pak Jabir.
"Iya lah, normal toh Pak, namanya juga laki-laki" Kata Bakrie yang
disambut tawa keduanya.
"Ayo, siap geser yah, hati-hati loh !" Pak Jabir mulai memberi
perintah pada anak buahnya untuk menggeser sebuah lemari yang
awalnya digeser kembali ke tempat semula.
Karena terlalu bertenaga mendorongnya tiba-tiba sebuah koper kecil
diatasnya jatuh dan terbuka sehingga isinya berceceran keluar.
"Hadoh, gimana sih lu, dorong pelan-pelan aja ngapain pake tenaga
gitu !" Pak Jabir mengomeli Bakrie dan Dedi, "untung orangnya lagi
kebawah, cepet-cepet beresin lagi sebelum dia balik"
Mereka pun buru-buru memunguti barang-barang yang tercecer dari
koper yang terbuka itu, isinya adalah beberapa album foto. Ada
sebuah album foto yang terbuka, jadi bagaimanapun isi album itu
terlihat oleh mereka yang sedang berusaha merapikan semua album ini
kembali ke dalam koper.
"Eh lihat Pak Jabir, non Olga itu cantik sekali ya.. mana kulit
perutnya putih mulus gini. Bener bener amoy dah", kata Bakrie
memandang foto Olga di album itu sambil menelan ludah. "Gimana
halusnya ya? Jadi pingin ngerasakan nih", timpal Dedi yang kini ikut
memandangi foto sexy Olga yang memakai bikini. Pak Jabir mau tidak
mau tertarik juga untuk melihat. Reaksinya tak jauh beda, ia menelan
ludah dan malah melamun membayangkan Olga kecil yang dulu ia lihat,
sekarang sudah menjadi wanita yang menggairahkan di dalam foto foto
itu.
"Pak? Pak Jabir? Lagi ngelamun apa pak? Melamun non Olga ya?",
senggol Dedi melihat pak Jabir yang terus memandang foto Olga dari
tadi, membuat pak Jabir tersadar dari lamunannya. "Hush.. mau tau
saja. Sudah cepat, kita kembalikan semua, nanti non olga marah lagi
melihat koper ini terbongkar seperti ini!", kata pak Jabir. Sambil
terus memasukkan album album foto itu, Bakrie berkata, "Kalo bisa
besok aku kepingin melihat lihat koleksi foto non Olga ah".
Tepat selesai Bakrie mengatakan itu, tinggal 1 album foto yang
tersisa di luar koper yang dipegang pak Jabir, tapi ia tak segera
memasukkan album itu ke dalam koper. Album itu terkunci, dan di
covernya ada tertulis `Popular, Edisi Lanjutan'. Pak Jabir
berkata, "yang foto bikini tadi, aku memang pernah lihat di sebuah
majalah waktu dipanggil pertama sama non Olga untuk merenovasi
apartemen ini. Kalau membaca ini, jadi ingat nama majalah itu
popular. Jadi penasaran juga, memangnya lanjutannya foto sexy ini
seperti apa ya?"
"Wah kalau dikatakan lanjutan, apa ya? Lanjutan dari pakai pakaian
lengkap, terus bikini. Terus ya mungkin tinggal pakaian dalam ya…
terus, bugil kali ya?" kata Bakrie yang mulai ngeres pikirannya.
Mereka diam sejenak, tiba tiba Dedi mengeluarkan obeng dari
sakunya. "Kita buka saja daripada penasaran mikirin apa isinya",
katanya dengan yakin. Pak Jabir sempat berpikir untuk mencegah, tapi
akhirnya rasa penasarannya mengalahkan moralnya. Ia meminjam obeng
Dedi dan mulai berusaha membongkar kunci yang ternyata tak semudah
itu dilakukannya.
Akhirnya dengan tak sabar, pak Jabir mencongkel kunci itu, dan saat
album itu terbuka, ketiga orang ini terpana. Tak pernah pak Jabir
membayangkan, akan bisa melihat foto dari Olga Lidya dengan
berbagai pose erotis. Balutan bikini itu makin lama makin tak
menyembunyikan keindahan tubuhnya yang amat ideal, foto-foto itu
memang satu seri dengan foto-foto seksi Olga yang pernah ditampilkan
di majalah Popular itu, latar belakang dan pakaian renang yang
dipakainya pun sebagian sama persis, namun dalam album itu posenya
lebih menantang, misalnya posenya di tangga kolam renang dengan
pakaian renang berwarna perak itu kini dipeloroti atasnya sehingga
menampakkan payudaranya yang berukuran sedang dan montok. Foto-foto
itu tentu bukan untuk konsumsi umum, Olga memang sengaja membuatnya
untuk koleksi pribadinya saja sehingga disimpannya pun di tempat
khusus ditambah dengan album foto berkunci. Ketika semua sedang
terperangah, tiba-tiba pak Jabir menutup buku itu, membuat yang lain
bersiap protes. Pak Jabir segera menjelaskan tindakannya ini pada
kedua orang itu.
"Kita jangan lihat buku ini di sini. Nanti kita pamit ke non Olga
untuk malam dulu di warung bawah, seolah olah kita sudah lapar. Di,
kamu sembunyikan album ini di jaketmu", kata pak Jabir. Dedi segera
membungkus album itu di jaketnya yang butut. Bakrie yang memang agak
lebih bodoh ini bertanya, "Kita ngapain pakai makan lagi? Masih
kenyang lah! Bukannya tadi kita makan siangnya telat sampai jam
tiga lebih?". `plak', pak Jabir memberikan tamparan ringan pada
kepala belakang Bakrie. "Pakai otak sedikit! Tapi.. sudalah.. kalo
kamu sih mending gak usah ikut mikir, nanti tambah kacau. Yang jelas
kalau mau enak, diam dan ikuti saja aku dan Dedi", kata pak Jabir,
tepat ketika Olga masuk ke ruangan itu.
"Non Olga, sepertinya kami harus makan dulu, sudah terlalu lapar
nih. Kami ke warung bawah sebentar Non", kata pak Jabir pada Olga.
Tanpa prasangka apapun, Olga mengiyakan saja, kebetulan juga Olga
sudah ingin mandi. Maka setelah mereka bertiga keluar, Olga segera
masuk ke kamar mandi. Sementara itu, di bawah, pak Jabir berhenti
pada ujung lorong yang ada lampunya. Di sana, mereka meneruskan
membuka-buka album itu. "Gila bener.. mulus amat", kata Bakrie yang
tak bisa melepaskan pandangan matanya dari foto tubuh Olga yang
sudah nyaris telanjang bulat dengan pose yang menggoda. Pose-pose
telanjang itu sesungguhnya sangat elegan dan artistik tidak seperti
pose-pose bugil asal ngangkang dengan muka mupeng yang mengundang
birahi ala penthouse atau hustler, namun orang-orang seperti mereka
mana mungkin mengerti yang namanya artistic nude, bagi mereka bugil
= porno dan ujungnya membangkitkan birahi.
Dedi tidak bisa bicara lagi, dengan gelisah ia menanti pak Jabir
yang sudah hampir tak bisa menguasai diri, tangannya gemetar ketika
membalik halaman demi halaman album itu, hanya untuk melihat tubuh
indah Olga yang sudah tak tertutup sehelai benangpun. Di beberapa
pose, kemaluannya hanya terlindung telapak tangannya, sementara
kedua payudaranya yang indah menggelantung bebas, sungguh menantang
orang yang melihat foto itu. Mata mereka melotot dengan mulut
melongo menatapi pose Olga yang sudah tidak tertutup sehelai
benangpun sedang duduk di bibir kolam dengan kaki disilang, seluruh
lekuk tubuhnya terlihat jelas kecuali kemaluannya yang tersembunyi
di balik lipatan kaki.
"Buka lagi dong, mau liat yang keliatan memeknya, mau tau jembutan
ga !" pinta Dedi yang penasaran melihat kemaluan Olga.
Akhirnya mereka dapat menyaksikan seluruh keindahan tubuh Olga dalam
sebuah pose bugil frontal dimana Olga sedang berdiri di bawah
siraman shower, kedua tangannya menyibak rambutnya ke belakang
sehingga payudara dan vaginanya yang berbulu tipis terekspos jelas.
Setelah melihat halaman terakhir, mereka bertiga berusaha
menenangkan diri.
"Yah, kok ga ada yang ngangkang sih, padahal pengen yang lebih
jelas" Bakrie sepertinya tidak puas dan ingin melihat lebih dari itu.
"Gini, kita kembali ke atas terus lihat perkembangan situasi di
sana. Jangan bertindak gegabah" kata Pak Jabir
Dedi dan Bakrie menurut saja pada kata kata sang bos. Bakrie sempat
bertanya, "pak Jabir, bisa tidak kita mencicipi servis non Olga?"
Dedi menimpali, "Buku ini kita pakai saja buat memojokkan non Olga
pak". Pak Jabir manggut manggut, "Iya, kan tadi aku sudah bilang.
Kita lihat situasinya. Kalau memungkinkan, kenapa tidak?". Mereka
mulai merencanakan bagaimana mereka bisa membuat Olga talkluk di
tangan mereka. Setelah rencana dirasa bisa diterapkan, mereka
kembali ke atas, bersiap untuk membuat Olga jatuh dalam derita.
Ketika sampai, mereka melihat Olga sedang melihat lihat hasil kerja
mereka. Olga yang sudah mandi, kini memakai pakai baju rumah yang
santai, kaus singlet putih tanpa lengan yang hampir menunjukkan
belahan dadanya, lengannya yang putih mulus terekspos jelas. Warna
putih pada kaus itu membuat warna pink bra Olga sedikit membayang.
Celana pendek mini yang dikenakan Olga membuat mereka hampir tak
bisa mengalihkan pandangan mereka dari paha Olga yang terpampang
jelas. Untung saja pak Jabir menguasai keadaannya, ia menyapa Olga
yang masih belum menyadari keberadaan mereka. "Malam non Olga", kata
pak Jabir diikuti rekan rekannya, dan Olga membalik badan melihat
mereka semua yang keringatan. Rupanya ketika di bawah tadi, mereka
sudah begitu terbakar nafsu, tapi tentu saja Olga tak mengetahui
semua itu.
"Wah bapak bapak… habis makan apa sampai keringatan gitu? Kepedasan
ya.. saya ambilkan minum dulu ya", kata Olga sambil berlalu ke
dapur. Mereka bertiga tahu, kini kesempatan jelas terbuka. Pintu
yang dari tadi terus terbuka itu ditutup oleh Bakrie, Pak Jabir
memposisikan diri ke dekat jendela, sementara Dedi pura pura
mengemasi peralatan pertukangannya, dan Bakrie yang selesai menutup
pintu, ikut membantu Dedi. Tiba tiba, "Ded! Albumnya!", kata Bakrie
melihat jaket Dedi ternyata tak menutupi album itu seluruhnya.
Terdengar langkah Olga yang sudah akan kembali dari dapur, membuat
Dedi panik karena album itu diluar jangkauannya. Tapi sekali ini,
otak Bakrie lumayan jalan, ia melepas bajunya dan melempar ke jaket
Dedi, lemparannya tepat sasaran dan menutupi album itu, tepat ketika
Olga memasuki ruangan itu.
"Nih, diminum dulu. Silakan bapak-bapak" , kata Olga sambil tersenyum
manis, lalu duduk di kursi yang ada di tengah ruangan itu, sambil
mengistirahatkan tubuhnya yang lumayan capai setelah melewati urusan
kerja yang panjang dengan agency siang tadi. Mereka bertiga
mengambil minum itu, lalu mengelilingi Olga dengan jarak yang
lumayan jauh, jadi tidak sampai mencurigakan Olga. Sambil minum, pak
Jabir memulai obrolan ringan, seperti yang tadi direncanakan di
bawah. "Non Olga, gimana dengan hasl kerja kami? Nggak buruk kan",
tanya pak Jabir. Olga segera menjawab, "Oh.. baik kok pak, saya puas
kok".
"Kalau gitu, kali kali ada kenalan non Olga yang butuh renovasi,
tolong non Olga kenalkan pada kami ya", kata Dedi. Bakrie
menimpalin, "Kenalan non Olga juga artis ya? Iya.. enak ya jadi
artis". Olga hanya tersenyum kecil, lalu menjawab, "Iya deh, nanti
kalo ada teman saya yang butuh bantuan bapak bapak, saya pasti
mengenalkan pada kalian. Dan tentang artis, ada enaknya, ada nggak
enaknya juga lah. Apalagi, kalau ada rekan artis lain yang iri,
kadang menggunakan segala cara untuk saling menjatuhkan" . Pak Jabir
menyambung, "contohnya RUU APP itu ya, non Olga?". Olga segera
merespon, "Betul, itu salah satu contohnya! Untungnya salah satu
tokoh yang mengusung ini kebongkar rahasianya kalo ternyata moralnya
juga nggak bener. Jadi pelan pelan suara suara yang pro jadi surut
sendiri, karena itu merupakan satu pukulan telak buat kubu pro RUU
APP"
Pak Jabir dan yang lain tertawa, kemudian Dedi bertanya, "iya non,
saya jadi ingat. Dulu non Olga termasuk yang keras menentang RUU APP
itu ya? Kenapa non". Ditanya begini, Olga sempat menerawang,
kemudian Olga menjawab, "iya. Cuma gara gara ego orang yang sok suci
yang berselisih dengan seorang artis wanita, memanfaatkan
popularitasnya yang waktu itu belum jatuh, melontarkan ide yang
jelas mengorbankan hak hak kaum wanita. Laki laki yang nggak bisa
menahan diri untuk berpikiran atau berbuat mesum, wanita yang
disalahkan dengan alasan penampilan atau perbuatan yang mengundang
hasrat. Itu kan keterlaluan? Lelucon yang sama sekali tidak lucu
dari berbagai lelucon yang pernah saya dengar!", kata Olga berapi-
api.
"Untung saja, seperti yang saya katakan tadi, orang yang sok suci
yang mengusung hal itu kebongkar rahasianya. Pintar sekali menutupi
kalau dia itu punya hasrat yang begitu menggebu, dengan cara berkoar
koar tentang moral dan RUU APP. Padahal, sudah punya banyak istri,
masih pakai kimpoi siri sama artis muda. Itu kan menunjukkan kalau
dirinya amat tidak tahan godaan hawa nafsu. Dengan kemunafikannya
yang sudah kelewat batas itu, maka saya merasa harus memprotes
keras", kata Olga lagi pada mereka bertiga yang manggut manggut,
jelas mereka mengerti siapa tokoh yang dimaksud oleh Olga. Tiba tiba
Olga merasa risih, ia menyadari sejak tadi mata mereka bertiga
memandang tubuhnya seolah olah ingin menelanjanginya. Selain itu, ia
satu satunya wanita di sini, di antara 3 kuli yang salah satunya
bahkan telanjang dada. Ia sudah akan mengakhiri percakapan ini,
ketika Jabir bertanya, "Protes yang Non Olga maksud itu, dengan cara
berpose seksi di majalah Popular?"
Olga makin merasa risih, dan berusaha menjelaskan dengan
halus, "Pak, kalau yang di majalah Popular itu, menurut saya bukan
pose seksi yang bersifat porno pak, tapi itu bersifat seni." Bakri
mengambil album yang sejak tadi disembunyikan di bawah tumpukan baju
dan jaket, sambil menunjukkan ke Olga dia berkata, "pose seni itu,
termasuk yang di buku ini non Olga?". Olga tersentak, jantungnya
serasa berhenti berdetak melihat album yang harusnya ada di dalam
koper di atas lemari itu, tak tahu harus menjawab atau berbuat apa.
Melihat Olga yang hanya bisa diam, pak Jabir meneruskan, "Nggak
salah juga kalau non Olga menentang RUU APP mati matian, kiranya non
Olga nggak suka ya difoto seperti itu…". Olga menguatkan diri dan
memotong kata kata pak Jabir, "Kalian ini kok bisa nggak tahu aturan
gitu sih, seenaknya saja melihat lihat koleksi pribadi orang lain.
Foto itu hanya untuk…", dan Bakrie langsung memotong, "untuk
ditampilkan di majalah Playboy?"
Olga yang sudah terpojok, dengan putus asa setengah
berteriak, "Kalian jangan macam macam! Kembalikan buku itu pada
saya!" Berkata begitu, Olga segera berdiri dan berusaha meraih buku
itu dari tangan pak Jabir, tapi kedua tangannya sudah dipegang dan
ditelikung ke belakang oleh Bakrie dan Dedi. "Aduh… lepaskan saya…
to..", Olga yang hampir berteriak minta tolong langsung tersadar
dirinya dalam posisi yang tidak menguntungkan melihat pak Jabir
mengeluarkan albumnya ke jendela. Sekali album itu jatuh ke bawah,
entah apa yang terjadi dengan reputasinya, maka Olga hanya bisa
menatap mereka dengan lemas. Pak Jabir mengerti bahwa Olga sudah tak
berdaya, ia mulai melancarkan intimidasinya. "Non Olga, kami sudah
melihat tubuh non Olga di dalam album ini. Tapi tentu saja lebih
menyenangkan lagi kalau kami bisa melihat bentuk asli dari tubuh non
Olga. Nah, non mau kan nunjukin tubuh non pada kami secara langsung
di sini?". Berkata demikian, pak Jabir menutup album yang tadi
sempat pura pura akan dilempar keluar, dan menaruhnya di meja
telepon dekat jendela itu.
"Tentu saja saya tak perlu menjelaskan lagi pada non Olga, bagaimana
dengan album ini jika non Olga berani macam macam. Sekali saya
lempar ke bawah, orang orang di sana akan dapat gempar, dan besoknya
infotainment di TV tak akan ketinggalan memberitakan hal ini juga",
kata pak Jabir dengan ketenangan yang tidak dibuat buat, Olga memang
sudah terlihat menyadari nasibnya ada di tangan para kuli yang
sekarang sedang bersiap untuk melumatnya habis babisan. Tapi Olga
masih mencoba mencari celah untuk lolos dari keadaan ini. "Bapak
bapak, tolonglah. Saya punya duit, kalian mau dibayar berapa?". Pak
Jabir segera menjawab, "Kalau soal duit, itu gampang. Non memang
harus bayar kami untuk tutup mulut. Tapi non juga harus tahu, kami
semua ingin mencicipi servis non juga". Olga menyadari ia sudah tak
punya harapan lagi, dan tertunduk lemas. "Lepaskan pegangan kalian.
Non Olga, sekarang non boleh pilih. Non mau buka baju non sendiri
dengan sukarela, atau kami bantuin non untuk membukanya," kata pak
Jabir. Olga yang sudah dilepaskan oleh Dedi dan Bakrie, tertunduk
menggigit bibir menahan tangis, dan mulai melepasi bajunya dengan
terpaksa.
Kaus dan celana pendeknya sudah terjatuh ke lantai. Kini Olga hanya
mengenakan bra dan celana dalam, membuat mereka bertiga tertegun
memandangi tubuh Olga yang putih mulus tanpa cacat. Mereka menunggu
tapi Olga tak melanjutkan melepas semuanya. Kini Olga mulai
menggigil dan melipat kedua tangan memeluk dirinya sendiri, bukan
karena hawa dingin AC di ruang itu, tapi selain malu yang amat
sangat, ia membayangkan tubuhnya akan dinikmati oleh ketiga kuli
bejat ini.
"Lho non Olga, kok pilih kasih sama yang jadi fotografer itu. kami
kan juga mau liat yang ada di dalam beha dan celana dalam non.",
kata Bakrie.
"Lagi dong" sambung Dedi
Pak Jabir menimpali, "Lanjut.. lagi". Mereka bertiga bersahut
sahutan seolah sedang menonton aksi striptease. Olga mulai menangis,
ia tak bisa berpikir lagi apa yang harus dilakukannya. Tak ingin
menunggu lebih lama lagi, mereka bertiga mulai mendekati Olga yang
mundur mundur ketakutan. Olga jatuh terduduk ke sofa yang tadi
memang didudukinya. Dalam kepanikannya, Olga mulai memohon, "Sudah
pak.. saya mohon, jangan begini". Tapi semua itu hanya usaha yang
sia sia, mana mungkin tiga orang pria yang sudah begitu bernafsu mau
melepas wanita cantik menggiurkan seperti Olga?
"Tenang non Olga. Pokoknya non Olga nurut saja, maka kami nggak akan
berbuat kasar. Lagipula, ingat soal album tadi. Jadi sebaiknya non
Olga layani kami tanpa berbuat yang macam macam", kata pak Jabir
dingin. Olga hampir menjerit ketika bra yang masih melekat di
payudaranya ditarik ke belakang hingga kedua tangannya terangkat ke
belakang, dan bersamaan dengan itu celana dalamnya juga dilorotkan
hingga kini Olga sudah telanjang bulat. Mata mereka bertiga hampir
copot melihat keindahan payudara dan vagina Olga yang sudah pasrah
dan hanya bisa menangis. "Lho non Olga, kok nangis terus sih? Di TV
katanya cuma bisa mimpi.. hahaha..", ejek Bakrie. Pak Jabir mendekat
dan berkata, "cup cup.. non Olga jangan nangis. Sini bapak cium ya".
Bibir Olga dilumat oleh pak Jabir dengan penuh nafsu, sementara
kedua rekan pak Jabir mulai meraba raba tubuh Olga sambil sesekali
meremasi payudara yang indah itu.
Bakrie yang semenjak tadi berdiri saja, kini berjongkok di antara
kedua belah paha Olga. Pria itu tampak mengagumi keindahan sepasang
paha yang sudah lama dikaguminya, paha itu dielus dan dijilatinya
alam Olga. Kini kemaluan Olga yang di tumbuhi oleh bulu-bulu halus
itu menjadi sebuah pertunjukan gratis bagi orang-orang kampung ini..
"Gila memek-nya aja putih gini, wangi lagi..." ejek Bakrie
"Ya iyalah, kalo ga mana bisa jadi artis atau model" sahut Dedi.
Ejekan ini kontan membuat wajah Olga memerah, namun perasaan itu
tidak berlangsung lama, salah satu jari Bakrie mulai menggelitik
kemaluan Olga. Tubuh Olga mulai bergerak-gerak, belum lagi sapuan
lidah di leher dan telinganya yang juga mulai meningkatkan
birahinya. Jemari Bakrie makin lancar mengesek-gesek kemaluan Olga
karena dibantu oleh cairan kemaluannya yang mulai keluar, terlebih
lagi sesekali pria itu memijit klitorisnya sehingga makin merangsang
artis cantik itu..
Olga terus mendesah tertahan sambil sesekali melayani lidah Pak
Jabir. Dedi yang memainkan puting susu Olga mulai menjilati benda
mungil yang sensituf itu, terkadang dia menyusu sambil menggigit
puting kemerahan itu. Olga pun makin hanyut dalam birahinya. Wajah
Bakrie semakin terbenam pada vaginanya, tubuh Olga menggeliat ketika
dirasakannya lidah pria itu mulai menyapu bibir vaginanya. Dengan
rakus Bakrie menjilati vagina Olga yang sudah becek itu. Setiap
sapuan lidahnya membuat darah Olga makin berdesir dan tubuhnya
menggeliat. Pak Jabir yang sejak tadi berciuman dengannya juga ikut
menggerayangi payudara yang satunya. Tangan kasar itu meremas-remas
serta memilin-milin puting susunya sehingga semakin mengeras. Nafas
Olga semakin memburu seiring dengan semakin hotnya percumbuan itu.
Suara kecupan-kecupan beserta desahan tertahan terdengar dari mulut
mereka yang saling beradu. Mau tak mau Olga tak dapat menyangkal
lagi bahwa dirinya telah terbuai dalam perkosaan ini. Dia tidak
dapat menahan sensasi nikmat pada vaginanya yang sedang dijilati
Bakrie, lidah pria itu bergerak liar seperti ular menjilati dinding
vagina dan klitorisnya. Olga semakin tidak tahan lagi dengan siksaan
birahi ini, sepasang paha mulusnya makin mengencang mengapit kepala
si Bakrie dan cairan orgasmenya mengalir deras di sela-sela
vaginanya. Cairan itu segera diseruput Bakrie dengan rakusnya
sehingga tubuh Olga makin menggelinjang.
Pak Jabir melepaskan lumatan bibirnya setelah puas menciuminya
selama sepuluh menitan, sebuah percumbuan yang cukup lama. Olga
langsung bernafas tersenggal-senggal mengambil udara segar dan juga
sisa orgasmenya barusan. Ketiga kuli bangunan itu menatapnya dan
tersenyum puas melihat reaksi Olga yang baru saja mencapai klimaks
pertamanya.
"Hehehe…gimana Non Olga ? Enak kan ?" ejek Pak Jabir.
"Non kerangsang juga yah, gile sampe becek gini !" sahut Bakrie di
antara kedua pahanya yang baru menegakkan kepala.
"Gimana Krie rasanya ?" tanya Dedi pada temannya.
"Wuihh…enak tenan, pejunya artis, gurih banget deh !" komentar pria
itu.
Wajah Olga memerah dan kupingnya terasa panas mendengar kata-kata
mereka yang tak senonoh itu, namun disisi lain dirinya juga sangat
menikmati percumbuan dan orgasme barusan. Pak Jabir menyuruh kedua
anak buahnya membereskan meja ruang tamu dan mereka segera
menyingkirkan gelas-gelas bekas minum tadi dan sebuah pot bunga
kecil diatasnya.
"Aah…mau apa Pak ?" tanya Olga ketika si mandor itu mengangkat
tubuhnya.
"Santai aja Non, cuma mindahin aja supaya lega" jawabnya santai
Tubuh telanjang Olga kini diletakkan diatas meja ruang tamu dari
bahan fiber itu dengan kaki terjuntai ke bawah. Ketiga kuli itu
berdiri mengelilinginya dan menatapnya dengan pandangan lapar. Olga
kini bagaikan sebuah makanan nikmat yang siap disantap bulat-bulat.
Mereka lalu mulai membuka pakaiannya masing-masing sampai bugil.
Olga terhenyak melihat alat vital mereka yang rata-rata besar dan
hitam. Rasanya sudah lemas dulu membayangkan ketiga batang itu
mengaduk-aduk vaginanya.
Pak Jabir mengambil posisi diantara kedua pahanya, kemudian ia
berlutut dan membenamkan wajahnya pada selangkangan Olga sama
seperti bawahannya tadi. Tubuh Olga pun kembali menggeliat karena
lidah pria itu segera menjilati vaginanya dan libidonya pun naik
lagi. Jurus menjilat Pak Jabir lebih lihai daripada Bakrie tadi, ia
membuka bibir vagina Olga dengan kedua jarinya sehingga lidahnya
dapat menjelajah lebih leluasa dan menyentil-nyentil klitorisnya.
Dedi berdiri disamping kepalanya sambil menyodorkan penis yang telah
tegang itu ke wajahnya.
"Ayo sepongin Non" perintahnya sambil menepakan penis-nya ke wajah
Olga.
"Ga mau Pak, saya belum pernah" iba Olga, jijik sekali baginya kalau
harus mengulum
penis bau itu, mana hitam dan kepalanya memerah lagi.
"Oh jadi mau ya albumnya kita lempar ke bawah sana terus diliat
orang-orang ?" ancam Dedi yang makin tak sabar.
"Aaah, jangan Pak, baa...baaik dech saya mau" jawab Olga ketakutan.
Dengan gemetaran, Olga meraih penis Dedi, dengan ragu-ragu dia mulai
membuka mulutnya dan mulai memasukan penis itu kemulutnya. Belum
sempat penis itu masuk kemulutnya, Dedi yang sudah birahi tinggi
menyodokan penisnya ke mulut Olga yang membuatnya kalang kabut
"Mmmmph!" setelah beberapa detik baru Olga dapat menyesuaikan
dirinya dengan benda asing dimulutnya.
Penis itu sungguh menyesakkan baginya belum lagi baunya yang tidak
sedap itu. Olga terpaksa memaju-mundurkan kepalanya yang ditahan
oleh Dedi, setidaknya dengan demikian sedikit lebih lega.
"Wuuuiihh…asyik banget nih sepongannya, baru pernah gua disepong
artis, mimpi apa gua semalem" gumam Dedi sambil merem-melek keenakan.
"Makannya jangan cuma BBM, baru bisa mimpi !" timpal Bakrie yang
penisnya sedang dikocok dengan tangan Olga.
Mereka tertawa terbahak-bahak mendengar komentar Bakrie yang
menirukan slogan yang biasa diucapkan Olga dalam Republik Mimpi,
sebuah program televisi yang dipandunya. Pak Jabir tidak berlama-
lama menjilati vagina Olga, baru lima menit saja dia sudah bangkit
dan menyangkutkan kedua betis Olga ke bahunya yang lebar sambil
mengarahkan penisnya ke vagina model cantik berusia 31 tahun itu.
"Pak, pelan-pelan, jangan kasar dong" pintanya melepas sebentar
penis Dedi dari mulutnya.
"Tenang aja Non, yang penting enak kan" jawab Pak Jabir yang
disambut tawa mereka.
Perlahan-lahan mandor itu mulai menancapkan penisnya pada vagina
Olga, lumayan sulit karena vagina Olga, walau sudah tidak perawan,
terlalu sempit untuk menerima penis sebesar itu. Selama proses
penetrasi itu baik Pak Jabir maupun Olga mengerang-ngerang merasakan
alat kelamin mereka beradu dan saling bergesekan. Dedi dan Bakrie
tertawa-tawa dan menyoraki menyaksikan prosesi `pencoblosan' itu.
"Uuiii…seret banget, memeknya artis emang beda !" kata Pak Jabir
ketika penisnya menancap setengahnya.
Kemudian pria itu mendorong-dorongkan penis itu agar semakin dalam
memasuki vagina Olga. Model cantik itu mengerang panjang ketika Pak
Jabir menyodokkan penisnya hingga menyentuh g-spot nya.
"Asyik ya Pak ngentotin sama terkenal ?" tanya Bakrie
"Iya, aaahhh, enak banget…jauh lebih enak dari lonte-lonte di
kampung" jawab Pak Jabir sambil terus menggenjot.
Cemoohan itu membuat wajah Olga makin memerah, masa dia dibandingkan
dengan lonte kampung, namun dia mulai tidak perduli, kini ia
terkonsentrasi untuk menyelesaikan pekerjaannya secepatnya. Dia
masih harus mengoral penis Dedi dan mengocoki si Bakrie. Tak lama
kemudian Bakrie minta giliran dioral karena sudah ngiler melihat
reaksi temannya yang demikian menikmati sepongan Olga.
"Gantian bentar dong Ded, kayanya enak banget tuh, ayo Non gantian"
katanya seraya menjenggut rambut Olga dan menghadapkan wajahnya pada
penisnya, "yuk, isep yang enak, jangan dia doang dong !"
Olga pun kini melayani penis Bakrie yang ukurannya lebih pendek
sedikit dari Dedi sehingga Olga sedikit bersyukur karenanya. Pada
saat itu tubuhnya terguncang hebat akibat sentakan-sentakan Pak
Jabir.
"Mmmm…mmhhh…eennggg !" di tengah oral seks ia tak sanggup menahan
desahannya.
Mandor itu semakin liar menyodoki vaginanya dengan penisnya, semakin
lama vagina Olga semakin basah sehingga batang itu semakin lancar
keluar masuk di liang itu. Sesekali Pak Jabir menjilati kakinya yang
mulus yang disangkutkan di bahunya, hal itu memberikan sensasi geli
pada Olga. Ia semakin tak berdaya terhadap mereka yang menjarahi
tubuhnya dengan liar, ia bahkan telah hanyut dan menikmatinya walau
itu diluar kehendaknya.
Dedi melepaskan tangan Olga yang sedang mengocok penisnya karena
tidak ingin buru-buru keluar. Ia lebih memilih menikmati kemolekan
tubuh model cantik itu sambil menunggu Pak Jabir selesai
menggarapnya. Pria berkumis tipis itu berlutut di samping tubuh
Olga, mulutnya mendekat dan mulai menjilati payudara wanita itu.
Darah Olga semakin berdesir karena sapuan dan sentilan lidah Dedi
pada payudaranya. Setelah menyusu sebentar, dikecupi dan dijilatinya
lekuk-lekuk tubuh Olga yang indah itu sambil tangannya meraba-raba
bagian pinggul dan pahanya yang kencang dan berkulit halus.
"Uuhhh…asyik Non iya…iyahhh…isep terus, ntar keluar telan yah !"
nampak si Bakrie makin berkelejotan menikmati penisnya dioral.
Ia menggerakkan pinggulnya seolah seperti menyetubuhi mulut wanita
itu karena sebentar lagi akan mencapai klimaks. Olga sebenarnya
kelabakan atas perlakuannya itu, berkali-kali wajahnya terbenam di
selangkangan pria itu yang berbulu lebat dan berkali-kali pula
kepala penis itu menyentuh tenggorokannya, namun karena kepalanya
dipegangi oleh pria itu, ia pun hanya bisa pasrah saja.
"Aaarrggghhh !" pria itu mengerang dan menumpahkan spermanya di
mulut Olga.
Cairan putih kental itu sebagian tertelan olehnya sedangkan sisanya
meleleh keluar di pinggir bibirnya. Aromanya begitu menusuk sehingga
ia buru-buru menelan cairan itu agar tidak terlalu berasa. Semburan
sperma itu mulai berkurang seiring penis Bakrie yang menyusut di
mulut Olga. Setelahnya, pria itu masih memintanya menjilati penis
itu hingga bersih.
Lima menitan kemudian, giliran Pak Jabir berejakulasi, dia menekan-
nekan penisnya lebih dalam sambil mulutnya menceracau.
"Uuhhh…eeennghh !" lenguh pria itu seperti kerbau liar, kedua
tangannya makin erat mencengkram betis Olga.
"Oohhh…oohh…sudah, jangan…aaahh !" Olga juga mendesah tak karuan
karena ia juga merasakan gelombang birahinya meledak.
Olga pun kembali mencapai puncak, cairan kewanitaannya meleleh
semakin membasahi vaginanya. Tubuhnya mengejang dan menekuk ke atas
tak terkendali. Namun itu semua belum selesai karena Pak Jabir masih
terus menyetubuhinya sampai dua-tiga menit ke depan. Akhirnya
barulah si mandor itu orgasme dan menyemburkan lahar hangatnya di
dalam vagina Olga. Frekuensi genjotannya menurun dan akhirnya
berhenti lalu penis itu tercabut dari vaginanya, nampak lelehan
sperma bercampur cairan kewanitaan membasahi selangkangan wanita
cantik itu begitu penis itu terlepas.
"Liat nih si Non Olga Lydia, tadi sok jual mahal gak taunya enjoy
juga main sama kita-kita" ejek Dedi yang duduk di sampingnya sambil
meremas payudaranya.
"Lu liat ga Ded tadi, gua ngecrot di mulutnya, di mulut artis, gile
ga kebayang bisa dapet kesempatan gini hehehe !" kata Bakrie dengan
bangga.
Pak Jabir yang baru orgasme tidak berkomentar apa-apa, ia hanya
terduduk di sofa dengan lemas dan nafas terengah-engah, sebuah
senyum puas tersungging di wajahnya.
Sementara Olga yang sudah mulai pulih dari orgasmenya merasa dirinya
sudah hancur, tidak pernah disangka olehnya dirinya akan menjadi
objek pemerkosaan kuli-kuli bangunan seperti mereka. Kata-kata tak
senonoh yang terlontar dari mulut mereka membuat kupingnya panas,
namun ia tidak bisa memungkiri bahwa ia juga menikmatinya. Olga pun
menangis tersedu-sedu mengingat penderitaan yang dialaminya, ia
menyalahkan diri sendiri karena kalau tahu begini album koleksi
pribadi itu dia simpan di tempat lain yang lebih tersembunyi dan
juga sangat kesal pada mereka yang berani lancang mengoprek barang
pribadinya.
"Hayo Non Olga, sekarang sama saya, jangan nangis melulu !" Dedi
meraih bahunya.
Pria itu duduk di kursi panjang dan menepuk kedua pahanya sebagai
tanda menyuruh Olga naik ke pangkuannya. Dengan terpaksa, Olga pun
turun dari meja ruang tamu dan mendekati pria itu. Ia naik ke
pangkuan Dedi dengan posisi berhadapan, Dedi menggenggam penisnya
dan mengarahkan ke vagina Olga. Dibimbingnya Olga menaiki penisnya
hingga vagina wanita itu menelan penisnya.
"Nnggghh…aaahhh Bang !" lenguh Olga saat penis itu tertancap makin
dalam.
Cairan yang membasahi selangkangannya berfungsi sebagai pelumas yang
memperlancar masuknya penis Dedi yang besar dan berurat itu. Olga
menggeliat dan matanya terpejam merasakan penis itu tertanam
seluruhnya pada vaginanya, rasanya sesak sekali dan juga sangat
keras. Sensasi nikmat menjalari tubuhnya ketika Dedi mulai
menggerakkan pinggulnya perlahan sehingga penisnya bergesekan dengan
dinding vaginanya.
Sambil menggenjot, tangan Dedi menggerayangi tubuh Olga mulai dari
punggung, pantat, payudara, dan paha.
"Wah…wah, mulus banget Non, bikin gemes aja" puji Dedi sambil
menghirup tubuhnya.
"Aakkhh…sakit Bang, jangan keras gitu dong !" rintih Olga karena
kedua buah dadanya diremas dengan brutal.
Mulut pria itu juga tak henti-hentinya menjilat dan mencupangi
payudaranya yang montok itu hingga meninggalkan jejak ludah dan
bekas-bekas cupangan. Dirangsang sedemikian rupa, Olga semakin tak
bisa mengendalikan dirinya. Ketika Dedi tidak lagi menyentakkan
pinggulnya, Olga menggerakkan sendiri pinggulnya mencari
kenikmatannya. Tak lama kemudian tubuh Olga berkelejotan, otot betis
dan pahanya mengejang, nafasnya semakin memburu sambil terus
merintih keras dan panjang. Setelah mencapai klimaks tubuhnya
kembali lemas di pelukan Dedi yang tersenyum puas karena telah
berhasil menaklukan sang model cantik itu. Kedua rekan Dedi yang
sedang duduk beristirahat juga tertawa dan mengejek melihat adegan
itu.
"Weleh, hot banget Non goyangannya, ketagihan nih ceritanya ? Kenapa
ga jadi artis bokep aja Non, pasti laku keras deh !" sahut Pak Jabir
"Non Olga ternyata suka ngebor juga, si Inul aja kalah hot hahaha !"
timpal Bakrie.
"Asyik kan Non, ngentot sama saya, enak ga ?" tanya Dedi masih yang
menaik-turunkan pinggulnya dengan perlahan. "liat tuh Non dibawah
sana, banjir gitu"
Olga terdiam lemas tidak bisa berkata apa-apa menanggapi cemoohan
mereka yang melecehkan harga dirinya itu. Tubuhnya sudah basah oleh
keringat dan tulang-tulangnya seperti mau copot karena lelahnya.
"Gimana rasanya Non, jawab dong !" kata Dedi sambil terus menyentak
pinggulnya menyodoki vagina Olga.
"Ampun Bang…iya enak, tapi tolong udah dong" kata Olga dengan lemas
dan mengiba.
"Ded ke kamar aja, lebih lega, gua masih belum nyicipin memeknya
nih !" ajak Bakrie.
"Ayo aja, sekalian rasain enaknya seranjang sama artis hehe" Dedi
mengiyakan, "yuk Non kita ke kamar Non, pegangan yang benar yah,
jangan nyalahin kalau tar jatoh"
Olga dengan pasrah menuruti apa kata tukang bangunan itu, ia
memeluknya dengan erat dan sepasang kakinya melingkari pinggangnya.
Setelah mengumpulkan tenaga, Dedi berdiri sambil mengangkat tubuh
Olga yang memeluknya, penisnya masih tertancap pada vaginanya. Bagi
seorang yang terbiasa dengan kerja kasar seperti Dedi, tidak terlalu
sulit mengangkatnya. Pria itu menopang tubuh Olga dengan memegang
kedua pantatnya sambil berjalan dengan hati-hati menuju ke kamar.
Sambil berjalan sesekali Dedi menyentakkan pinggulnya sehingga
membuat Olga mendesah nikmat.
"Wei, ati-ati lo, gituan sambil jalan kalo jatuh patah tulang nyaho
deh" goda Bakrie
Merekapun tiba di kamar Olga yang tertata rapi dan beraroma
pengharum ruangan yang sedap. Dedi membaringkan tubuh Olga di atas
ranjangnya dengan hati-hati, dia sendiri berlutut diantara kedua
paha mulus itu. Setelah itu dia melanjutkan genjotannya dengan lebih
bernafsu, Olga mengerang sambil meremasi sprei di bawahnya. Kedua
kuli lainnya mengerubutinya dan tangan-tangan kasar mereka menjamahi
lekuk-lekuk tubuhnya yang indah. Pak Jabir dengan gemas melihat
payudara Olga yang bergoyang-goyang langsung melumat dan menggigiti
puting yang sudah mengeras itu. Olga merintih sambil menjambak
rambut pria itu, gigitan pria itu menimbulkan rasa nyeri bercampur
nikmat baginya. Pada saat yang sama Bakrie melumat bibirnya sehingga
mau tak mau Olga harus melayani permainan lidah pria itu.
Kira-kira sepuluh menit kemudian Dedi sudah akan ejakulasi, terlihat
dari genjotannya yang makin ganas dan lenguhannya. Tubuh Olga ikut
terguncang dengan hebat karena sodokan-sodokan kerasnya. Dengan satu
hentakan keras disertai erangan panjang Dedi menyemprotkan spermanya
di dalam vagina Olga. Mata Olga pun merem-melek menahan nikmatnya
semburan cairan hangat itu di dalam vaginanya. Genjotan Dedi
berhenti dan penisnya yang masih belum dicabut mulai menyusut, dia
bernafas ngos-ngosan sambil berpegangan pada kedua betis wanita itu
yang terangkat ke atas.
"Hhhsshh…hhhh… uenaknya, memek artis emang top" kata Dedi yang nampak
puas.
Lidah Pak Jabir menari-nari di leher Olga, wajah cantiknya perlahan
tampak sayu menikmatinya. Namun ia tetap malu mengakuinya, bagaimana
mungkin dia bisa menikmati diperlakukan begini oleh tiga orang yang
lebih rendah status sosialnya dibanding dirinya.
"Udah kan Ded ? misi dulu dong, sekarang gua, udah kebelet pengen
nyicipin punya Non Olga, tiap nonton Republik Mimpi gua udah ngidam
nih" Bakrie menyuruh temannya menyingkir untuk mendapat jatahnya.
Bakrie membalik tubuh Olga dan menunggingkan pantatnya hingga Olga
bertumpu pada kedua lutut dan telapak tangannya. Tanpa buang waktu
lagi ia langsung menekan penisnya membelah vagina Olga. Penis itu
mulai memompa vaginanya, terdengar bunyi berdecak dan tepukan setiap
kali pria itu menyodok penisnya. Goyangan mereka semakin cepat,
nampak payudara Olga yang menggantung itu terayun-ayun.
Pak Jabir berlutut di hadapan Olga, ia menjenggut rambutnya sehingga
kepalanya terangkat. Sebatang penis hitam yang basah itu telah
mengacung ke arah wajahnya begitu wajahnya terangkat. Mandor itu
menjejali mulut Olga dengan penisnya sebelum wanita itu sempat
protes.
"Mmmm..mmmhh !" nampak Olga kelabakan ketika penis itu dimasukkan
secara paksa ke mulutnya, baunya yang tidak enak itu menambah
deritanya.
"Jilat Non, mainin lidahnya, uuuhh…ya gitu !" kata Pak Jabir sambil
memegangi kepalanya.
Susah payah Olga menggerakkan lidahnya mengelilingi kepala penis
yang seperti jamur itu, ia merasakan ada sedikit asin ketika
lidahnya menyentuh lubang kencingnya, sempat terasa jijik memang,
tapi di tengah keroyokan seperti ini ia tidak sempat berlama-lama
memikirkan hal itu. Di belakangnya Bakrie terus menghela tubuhnya
seperti menunggang kuda. Payudaranya pun tidak luput dari tangan
Bakrie dan Dedi yang sedang mengistirahatkan penisnya. Putingnya
ditarik-tarik, dipencet atau dipelintir memberi sensasi nikmat yang
luar biasa walau di luar kehendaknya. Dua penis perkasa memompanya
dari dua arah berlawanan membuatnya pasrah tanpa bisa melawan.
Cairan hasil persetubuhan di sekitar selangkangannya sudah meluber
kemana-mana dan meleleh di pahanya yang mulus. Syukur bagi Olga, Pak
Jabir tidak berlama-lama menyetubuhi mulutnya, 6-7 menit saja pria
itu sudah mengubah posisi dengan duduk berselonjor dan bersandar
pada kepala ranjang, pegangannya pada kepala Olga juga mengendur.
Kali ini dia memerintahkan agar Olga yang memanjakan penisnya
sementara dia sendiri menikmati dengan santai.
"Eeehhmm…sedap! " Pak Jabir mendesah nikmat ketika jari-jari lentik
Olga menggenggam penisnya, lidahnya menyapu kepala penisnya yang
memerah itu.
Olga setidaknya merasa lega karena dengan begini ia bisa mengambil
nafas setelah setelah mulutnya disenggamai setengah mati sampai
bernafas pun sulit. Ia kini berusaha agar Pak Jabir puas dengan
pelayanan tangan dan mulutnya agar tidak menyetubuhi mulutnya
seperti tadi lagi. Tusukan-tusukan pada vaginanya dan rangsangan
dari tangan-tangan yang menggerayangi tubuhnya membuatnya larut
dalam birahi dan tidak malu-malu lagi menunaikan tugasnya melayani
penis si mandor. Tak lama kemudian penis di dalam mulutnya itu
semakin berdenyut-denyut, Pak Jabir menahan kepala Olga sehingga ia
mulutnya kembali dipenuhi penis.
"Uuuuhh !" erang Pak Jabir sambil memuntahkan spermanya dalam mulut
Olga.
Sperma si mandor ini sangat kental dan aromanya lebih menusuk
daripada milik si Bakrie tadi. Olga hampis saja memuntahkan cairah
itu tapi pria itu tidak melepas kepalanya sehingga mau tidak mau ia
harus menelan cairan itu. Baru setelah batang itu menyusut dan tidak
menyemburkan sperma lagi Pak Jabir melepaskan kepalanya. Olga
langsung terbatuk-batuk dan mengambil nafas, sementara di
belakangnya Bakrie masih menyetubuhinya, kuat sekali staminanya, ada
mungkin setengah jam ia memacu tubuhnya. Akhirnya kurang dari lima
menit setelah diberi minum sperma oleh Pak Jabir, barulah pria
berambut cepak itu mencabut penisnya. Dia buru-buru menuju ke dekat
kepala Olga dan menyelipkan tangannya ke bawah kepala serta
mengangkatnya.
"Buka mulutnya Non !" perintahnya sambil satu tangannya mengocok
penisnya.
Dan cret…cret…penis itu menembakkan isinya dan mengenai wajah cantik
Olga sebelum ia sempat membuka mulut karena masih lelah.
Banyak sekali sperma Bakrie yang muncrat membasahi wajah Olga,
setelah berhenti ia masih menyuruh Olga membersihkan penisnya dengan
lidah. Mereka tertawa-tawa mengejek melihat Olga yang sudah tak
berdaya dan takluk itu.
"Ini Non, ayo dijilat, biar ga mubazir!" perintah Bakrie setelah
mencolek sperma di pipi Olga dan menyodorkan jari itu di depan
mulutnya..
Jijik sekali rasanya ketika dia diperintahkan seperti itu, apalagi
jemari Bakrie kini tinggal beberapa centi di depan mulutnya. Dengan
terpaksa dan rasa takut Olga mulai membuka mulutnya, dan memasukan
jemari bersperma Bakrie itu ke mulutnya. "Mmmm…!" dengan rasa jijik
yang ditahannya, Olga mulai menjilati jemari itu sampai bersih.
"Enak kan Non ? gurih begitu" ujar Bakrie.
"Uiii…Non Olga demen minum peju juga yah !" sahut Dedi disambut
gelak tawa teman-temannya.
Mereka beristirahat sekitar lima menitan, selama itu tangan mereka
tidak pernah absent mencolek atau menjamahi tubuh Olga yang sudah
basah oleh keringat, kata-kata tidak senonoh juga terlontar dari
mulut mereka, namun ia sudah pasrah, harga diri apa lagi yang perlu
dipertahankan toh baru saja direnggut mereka. Setelah cukup
istirahat Dedi berbaring dan meraih lengan Olga menyuruhnya naik ke
penisnya.
"Naik sini Non, saya demen banget sama goyangan Non, jadi ketagihan
nih !" suruhnya.
Tanpa harus diperintah lagi, Olga meraih penis yang sudah tegak itu
lalu mengarahkannya ke vaginanya. Perlahan-lahan ia turunkan
tubuhnya hingga penis itu melesak masuk membelah bibir vaginanya
sambil mengeluarkan desahan dari mulutnya. Mulailah ia menaik
turunkan tubuhnya disana, matanya terpejam dengan wajah menengadah
ke atas, payudaranya diremas oleh pria itu.
Olga menggerakkan sendiri tubuhnya mengikuti birahi yang membara
dalam dirinya. Kemudian ia merasakan sepasang tangan kekar
mendekapnya dari belakang meraih payudaranya, sebuah ciuman mendarat
di lehernya.
"Sori ganggu bentar nih, numpang nyoblos yah, kan masih ada satu
lubang lagi !" kata Pak Jabir yang memeluknya dari belakang itu.
Olga langsung merinding mendengar kata-kata si mandor, satu lubang
lagi ? berarti dia bermaksud bermain belakang, tidak…pasti rasanya
sakit sekali, seumur-umur ia belum pernah merasakan bagian itu
ditusuk apalagi oleh penis yang besar seperti itu.
"Nggak Pak, tolong jangan disitu….saya ga mau !" Olga memohon dengan
terbata-bata ketika pria itu mendorong tubuhnya ke depan sehingga
pantatnya nungging.
Dedi yang berbaring telentang di bawahnya langsung mendekap
punggungnya ketika ia meronta.
"Kenapa ngga mau Non ? Asik kok, sakitnya cuma sebentar" kata Pak
Jabir santai sambil mengarahkan penisnya dubur Olga.
"Tidak, aahh…aduh, pelan-pelan Pak, aahhh !" rintih Olga merasakan
benda tumpul menekan anusnya memaksa masuk.
"Ini juga udah pelan-pelan non, santai aja" kata Pak Jabir.
Olga cuma bisa meringis dan merintih menahan nyeri dalam dekapan
Dedi. Nyerinya tak tertahankan sampai air matanya keluar. Setelah
tarik-dorong berapa saat akhirnya penis itu masuk juga ke pantatnya.
Ia merasakan dua lubang dibawahnya penuh sesak, rasa sakit dari
pantatnya masih terasa sehingga ia menangis menumpahkan deritanya.
Olga sedang dalam posisi disandwitch oleh kedua buruh bangunan itu,
mereka mulai memacu tubuhnya. Desahan Olga bercampur isak tangisnya
memenuhi kamar ini, ia tak pernah menyangka akan mengalami
pemerkosaan brutal seperti ini gara-gara album foto itu. Namun bila
dipikir lebih jauh diperlakukan seperti ini baginya jauh lebih baik
daripada kalau album itu dilempar ke bawah dan ditemukan orang-orang
lalu menjadi berita panas di infotainment atau tabloid gosip,
reputasinya akan hancur dimata seluruh rakyat dan kalau sudah begitu
bunuh diri pun malah akan semakin menghancurkan namanya. Daripada
menanggung semua akibat mengerikan itu terpaksa Olga merelakan diri
dikerjai habis-habisan oleh mereka. Ia mencapai klimaks lagi
ditengah genjotan kedua orang itu, namun mereka terus menyetubuhinya
tanpa mempedulikannya. Kini ditambah lagi Bakrie yang maju dan
menodongkan senjatanya di wajah Olga. Begitu wanita itu membuka
mulut, Bakrie langsung menjejalinya dengan penis. Air matanya terus
mengalir selama disetubuhi tiga arah itu. Pak Jabir meledak lebih
dulu di anusnya, mungkin karena sempitnya. Setelah menumpahkan
spermanya ia pun mencabut penisnya sambil mendesah nikmat. Dengan
mundurnya Pak Jabir, Dedi lebih leluasa menggarap tubuhnya, ia
berguling ke samping hingga tubuhnya berada di atas Olga lalu
mencabut penisnya dan naik ke dada wanita itu. Ia meletakkan
penisnya di antara payudara Olga lalu menjepitnya dengan kedua
gunung itu. Nampak wajah Olga meringis lagi merasakan remasan pada
dadanya. Pria itu lalu memaju-mundurkan penisnya diantara himpitan
payudara itu. Pada saat yang sama Olga juga menggerakkan tangannya
mengocok penis Bakrie yang berlutut di sebelah kepalanya, ia
mengocoknya dengan cepat dengan harapan pria itu segera menyudahi
aksinya.
Dedi akhirnya orgasme di dada Olga, ketika keluar ia meremas kedua
payudara Olga kuat-kuat sehingga membuatnya merintih kesakitan.
Spermanya tumpah kemana-mana mengenai wajah, leher dan dadanya.
Disusul tak lama kemudian Bakrie juga orgasme oleh kocokan tangan
Olga, spermanya menyemprot di wajah model cantik itu sehingga
membuatnya semakin basah, sebagian mengenai rambutnya. Mereka semua
ambruk kelelahan, suara nafas yang ngos-ngosan terdengar bersamaan
dengan hembusan AC. Olga telah luluh lantak, rambutnya kusut
berantakan, tubuhnya bersimbah peluh dan ceceran sperma, vagina dan
anusnya rasanya panas sekali. Ia mendengarkan obrolan ketiganya
dengan sesama mereka dan juga komentar cabul terhadap dirinya.
"Puas banget gua malem ini biar nih badan pegel-pegel !" kata Bakrie
"Iya tuh musti dipuas-puasin kapan lagi coba ngentotin artis kaya
gini" Pak Jabir menimpali.
"Gak nyangka yah bisa asik gini, ini sih bukan BBM namanya, tapi
BCM" kata Dedi.
"BCM ? apa tuh ?" tanya teman-temannya.
"Bukan Cuma Mimpi" jawabnya lalu mereka tertawa-tawa, "ya gak Non
hehehe" tangannya meraba dada Olga sambil iseng meratakan ceceran
sperma disitu.
Olga hanya diam saja karena untuk bersuara pun ia masih terlalu
lelah, suaranya seakan telah habis untuk mendesah dan menjerit
ketika orgasme tadi.
Pak Jabir keluar dari kamar lalu ia masuk lagi tak lama kemudian
sambil membawa segelas air. Ia menyelipkan tangan ke bawah punggung
Olga lalu menegakkan badannya, gelas itu ditempelkannya ke bibir
wanita itu dan menyuruhnya minum. Cukup pengertian juga pria
setengah baya itu. Olga langsung meneguk air di gelas itu sampai
habis, air itu sungguh menyejukkan tenggorokannya yang telah kering
serta memberi sedikit tenaga pada tubuhnya.
"Kasian si Non Olga jadi acak-acakan gitu, kita mandiin aja yuk !"
ajak Bakrie sambil cengengesan.
"Boleh juga tuh, sekalian kita juga mandi, gerah nih udah keringetan
gini, jadi bisa mandi bareng artis juga kan" Dedi menyambut girang
ajakan itu.
"Oh God, please jangan lagi" keluh Olga dalam hatinya, ia
membayangkan akan dibantai lagi di kamar mandi bila mandi bareng
mereka.
"Aduh udah dong, saya udah ga kuat lagi saya mohon" katanya dengan
suara lemas ketika Dedi memapah tubuhnya hendak menurunkan dari
ranjang.
"Mandi doang Non biar seger, biar Non tidurnya juga enak" kata Pak
Jabir menenangkan.
"Bener Non, kita kan tanggung jawab, udah bikin Non berantakan gini
masa ga dibersihin lagi hehehe !" goda si Bakrie.
Di kamar mandi Bakrie meletakkan tubuh Olga yang masih lemas itu di
atas lantai marmer putih bermotif flora dengan posisi duduk
bersandar ke tembok. Pak Jabir menyalakan kran shower dan mengatur
suhunya sehingga air hangat menyiram Olga hingga basah. Guyuran air
yang segar itu membuat kepenatan tubuhnya berkurang, ia menggerakkan
tangan menyeka wajahnya yang lengket oleh sperma.
Olga tidak peduli lagi ketiga pasang mata mereka sedang memandangi
tubuhnya yang sudah basah. Pak Jabir mengulurkan tangannya
membantunya berdiri,
"Yuk Non, Non ga usah repot-repot kok, biar kita aja yang mandiin,
kan Non juga masih cape" katanya.
Ia mengangkat wajah memandang pria itu, sungguh seksi dan
menggairahkan sekali ia dalam keadaan basah seperti itu, dengan ragu
diangkatnya tangan membalas uluran tangan mandor itu. Kemudian ia
mengangkat tubuhnya perlahan-lahan dengan tenaga yang mulai pulih,
punggungnya masih bersandar ke tembok karena belum cukup tenaga
untuk menopang tubuhnya dengan kedua kaki. Mandor itu berdiri di
hadapannya dan kedua bawahannya di samping kiri dan kanannya, semua
mata memandangnya, Olga tidak tahu lagi apa yang akan terjadi, sudah
terlalu lelah untuk memikirkan semuanya. Pak Jabir mengambil botol
sabun cair dari rak disampingnya dan ditumpahkannya cairan kental
berwarna pink ke tubuhnya.
"Ayo bersihin !" perintahnya.
Segera tangan-tangan mereka menggosoki tubuhnya, mereka meratakan
sabun cair itu ke seluruh tubuhnya hingga licin berbusa. Mereka jadi
begitu lembut sekarang, beda sekali dengan beberapa saat lalu yang
begitu brutal menggangbangnya. Elusan-elusan mereka ditambah lagi
lembutnya busa sabun, membuat Olga merasa rileks dan terbuai.
"Album saya Pak, tolong kembaliin yah !" pinta Olga pada Pak Jabir
yang kebagian tugas menyabuni wajah dan payudaranya.
"Nanti Non, seudah renovasi selesai pasti saya kembaliin, saya
sumpah kok" jawab Pak Jabir sambil menggosok memutar sepasang
payudaranya.
"Please Pak, kembaliin sekarang juga, saya gak mau kalau sampai
ketauan orang lain lagi" suaranya makin memelas.
"Tenang aja Non, pasti saya simpan baik-baik sampai dikembaliin
nanti, dijamin gak ada seorangpun yang bakal nyentuh tuh album" Pak
Dahlan memencet putingnya hingga ia mendesis.
"Iya Non tenang aja, kita juga ga mau kena perkara kalau sampai
albumnya bocor lagi, pasti kita jaga baik-baik kok" Bakrie yang
sedang mengkramas rambutnya dari belakang menambahkan.
"Kita simpan dulu biar kita bisa sama-sama senang, tul ga Non
Olga ?" Dedi yang sedang jongkok menyabuni daerah paha dan
kemaluannya ikut nimbrung.
"Sama-sama seneng apanya, dasar tengik !" maki Olga dalam hati.
Olga menghela nafas panjang, ia hanya bisa berharap kuli-kuli bejat
ini menepati janjinya seusai renovasi nanti, masa ia selamanya jadi
budak orang-orang seperti mereka. Ia tidak bisa menahan desahannya
ketika jari Dedi mengorek vaginanya.
"Biar bersih Non hehehe" katanya dengan senyum memuakkan.
Usai menyabuni dan mengkramas Olga mereka kembali mengarahkan shower
ke tubuhnya untuk membilasnya.
Mereka lalu membasuh diri mereka sendiri, kecuali satu, si Dedi, ia
masih saja berjongkok dan mengobok-obok vagina Olga.
"Aahh…udah Bang, jangan gitu lagi !" Olga hanya bisa mendesah sambil
mendorong-dorong kepala pria itu.
"Wei, belum cukup juga apa, besok kita masih harus kerja, simpen
tenaga dong !" tegor mandor itu sambil menoel kepala Dedi.
"Sabar dikit Pak, saya tadi kan belum sempat nyicipin sininya Non
Olga, cuma jilat-jilat dikit aja kok, boleh kan Non ?" jawabnya
seraya mengangkat paha kanan Olga ke bahunya, tanpa menunggu
diiyakan ia membenamkan wajahnya ke kemaluan Olga yang baru dicuci
bersih.
Lidah Dedi bergerak liar menjilati bibir vagina dan dinding bagian
dalamnya sehingga wanita itu tidak tahan untuk tidak mendesah. Kali
ini dia bermain gentle, sambil menjilat tangannya membelai-belai
paha, pinggul dan payudaranya. Kelembutan ini membuat Olga yang baru
saja dikasari tadi serasa mendapat air di setelah berhari-hari di
gurun.
"Aaahh !" akhirnya ia kembali mengeluarkan cairan kewanitaanya.
Dedi langsung mengisapinya dengan rakus. Olga menggelinjang menahan
nikmat dan geli karena lidah Dedi terus mengais-ngais seolah tak
pernah puas. Akhirnya pria itu menurunkan pahanya dan bangkit. Baru
sekarang ia membasuh tubuhnya, dengan buru-buru ia menyabuni diri
lalu membilasnya sementara teman-temannya saat itu sudah mengelap
tubuh masing-masing.
Akhirnya ketiga kuli bangunan itu telah berpakaian kembali dan
membereskan peralatan mereka. Mereka pamitan pada Olga yang hanya
memakai handuk kuning yang dililit di tubuhnya, satu-satunya handuk
yang tergantung di gantungan baju kamar mandinya. Dengan langkah
gontai ia mengantar mereka ke pintu, ia hanya membukakan pintu
setengah sambil sembunyi di baliknya karena hanya memakai handuk.
Mereka pamitan dengan mengecup bibirnya atau menyentuh tubuhnya
sebelum keluar. Orang terakhir, si Bakrie bahkan lebih kurang ajar,
sebelum keluar ia dengan sengaja menarik handuk yang melilit di
tubuhnya lalu membuka pintu lebar-lebar, kontan Olga pun menjerit
kecil sambil menutupi tubuh dengan tangan, mereka malah tertawa-tawa
melihatnya.
"Tenang, sepi kok Non, ga ada wartawan !" ejek Bakrie sambil
melemparkan kembali handuk itu padanya.
Ia menutup pintu dengan kesal, tidak dibanting karena takutnya
memancing perhatian tetangga. Dalam hatinya berkecamuk perasaan
marah dan sedih, di kamarnya ia langsung menjatuhkan diri ke ranjang
tanpa memakai baju. Disana ia menangis sejadi-jadinya sambil memeluk
bantal, kepenatannya membuatnya tertidur dengan posisi demikian,
tengkurap dengan memeluk bantal. Ia baru bangun keesokan harinya
ketika matahari masuk ke jendela kamarnya yang tirainya belum sempat
ditutup. Ia berharap baru bangun dari mimpi buruk, namun ternyata
tidak, semua nyata, ranjang itu masih berantakan spreinya kusut sana
sini bekas pergumulan kemarin, bekas-bekas cupangan masih membekas
di tubuhnya. Ia melihat jam sudah menunjukkan pukul sembilan lebih,
untung hari ini Jumat dan tidak masuk pagi. Kemudian terdengarlah
bel berbunyi tanda ada tamu.
"Ya, siapa ?" tanyanya lewat speaker sebelum mempersilakan masuk.
"Kita Non, kangen gak ?" kata suara di seberang sana dengan nada
ceria.
Olga langsung lemas mendengar suara yang tak asing itu,
penderitaannya akan segera dimulai lagi.
http://siezhien.wen.ru